Samsung mengonfirmasi kasus kebocoran data setelah hacker membocorkan data rahasia perusahaan sebesar 190GB. Mereka memastikan bahwa data pengguna dan karyawan tidak ikut terdampak dalam kebocoran ini.
Sindikat hacker asal Amerika Selatan Lapsus$ mengaku bertanggung jawab atas peretasan ini. Mereka menyebarkan data rahasia Samsung dalam bentuk torrent, termasuk source code yang digunakan Samsung untuk enkripsi dan fungsi autentikasi biometrik di perangkat Galaxy.
Data yang dicuri oleh sindikat ini juga diduga termasuk data rahasia dari Qualcomm, perusahaan chip asal Amerika Serikat yang menyediakan chipset untuk ponsel Samsung di beberapa negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam keterangan resminya, Samsung mengonfirmasi kasus kebocoran data terkait data internal perusahaan. Samsung tidak mengungkap identitas hacker di balik serangan siber ini, tapi mereka mengatakan tidak ada data pribadi konsumen atau karyawan yang diambil oleh hacker.
"Menurut analisis awal kami, kebocoran ini melibatkan beberapa source code terkait dengan operasi perangkat Galaxy, tapi tidak mencakup informasi pribadi pelanggan atau karyawan kami," kata Samsung dalam keterangan resminya, seperti dikutip dari The Verge, Selasa (8/3/2022).
"Saat ini, kami tidak mengantisipasi dampak terhadap bisnis atau pelanggan kami. Kami telah menerapkan langkah untuk mencegah insiden serupa dan akan terus melayani pelanggan kami tanpa gangguan," sambungnya.
Tidak diketahui apakah Lapsus$ memiliki permintaan khusus atau tebusan kepada Samsung sebelum membocorkan data-data tersebut.
Sindikat hacker Lapsus$ juga dikenal sebagai kelompok yang meretas Nvidia pada pekan lalu. Mereka mencuri data rahasia perusahaan sebesar 1TB, termasuk ribuan kredensial karyawan.
Dalam kasus peretasan Nvidia, kelompok Lapsus$ juga mencoba memeras produsen GPU tersebut. Mereka meminta Nvidia untuk menghilangkan fitur Lite Hash Rate (LHR) yang membatasi kemampuan menambang kripto di beberapa GPU, dan meminta source code untuk kartu grafisnya agar dibuat open source.
(vmp/afr)