Pengguna Telegram di Ukraina Diminta Hati-hati Usai Invasi Rusia
Hide Ads

Pengguna Telegram di Ukraina Diminta Hati-hati Usai Invasi Rusia

Virgina Maulita Putri - detikInet
Sabtu, 26 Feb 2022 14:15 WIB
Telegram ilustrasi
Pendiri Signal Minta Pengguna Telegram di Ukraina Berhati-hati Foto: Freepik/@syifa5610
Jakarta -

Moxie Marlinspike, pendiri aplikasi messaging Signal, memperingatkan warga Ukraina yang menggunakan Telegram untuk berkomunikasi agar berhati-hati, setelah Rusia melancarkan serangan ke negara tersebut.

Lewat cuitannya di Twitter, Marlinspike mengatakan Telegram mempromosikan layanannya sebagai aplikasi yang aman, padahal semua komunikasi dan kontak disimpan di database yang bisa diincar oleh Rusia dengan mudah.

Ia memperingatkan bahwa Moskow bisa mengancam karyawan Telegram di Rusia untuk mengakses database tersebut. "Jika Rusia tidak ingin repot-repot dengan meretas, mereka bisa memanfaatkan keamanan keluarga untuk akses," tulis Marlinspike, seperti dikutip dari Forbes, Sabtu (25/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

CEO SpaceX dan Tesla Elon Musk ikut menimpali cuitan Marlinspike dan bertanya apakah Signal benar-benar aman. Marlinspike menjawab semua komunikasi di Signal dilindungi enkripsi end-to-end, jadi tidak ada database cloud yang berisi chat pengguna.

Telegram tentu tidak tinggal diam menghadapi komentar Marlinspike. Juru bicara Telegram mengatakan komentar seperti ini tidak mengejutkan, apalagi datang dari pesaing yang lebih kecil.

"FUD [ketakutan, ketidakpastian, dan keraguan] seperti ini tidak mengejutkan, datang dari pesaing minor (dan tipikal untuk yang satu ini)," kata juru bicara Telegram.

"Karena itu, kami dapat memastikan bahwa kami tidak memiliki pengembang atau server di Rusia dan kami tidak melihat risiko apapun yang disebutkan," sambungnya.

Telegram memang didirikan oleh Pavel Durov, pria kelahiran Rusia yang meninggalkan tempat lahirnya pada tahun 2014. Telegram dan Durov bahkan pernah bermasalah dengan pemerintah Rusia karena menolak memberikan data terkait layanannya. Telegram sendiri saat ini bermarkas di Dubai.

Popularitas Telegram di Ukraina belakangan ini memang sedang melejit karena mudah digunakan, serta fungsi grup chat dan channel yang dibawa memudahkan pengguna untuk menyebarkan informasi secara luas.

Bahkan pejabat dan badan pemerintahan Ukraina, seperti militer dan kementerian keamanan, telah menggunakan Telegram untuk memberikan informasi, mulai dari serangan siber sampai serangan di lapangan.

Telegram memang tidak memiliki enkripsi end-to-end yang aktif secara default seperti di WhatsApp atau Signal. Pengguna yang ingin berkirim pesan secara lebih aman dan rahasia bisa menggunakan fitur Secret Messages.

Berdasarkan data yang dibagikan oleh CEO Cloudflare Matthew Prince, penggunaan aplikasi Signal di Ukraina mulai meningkat belakangan ini. Telegram juga mengalami peningkatan tapi tidak begitu signifikan.

Simak Video 'Internet di Ukraina Sempat Alami Gangguan Buntut Serangan Rusia':

[Gambas:Video 20detik]



(vmp/fay)