Mata uang kripto seperti Bitcoin dan kawan-kawaannya, sedang viral-viralnya dan semakin banyak perusahaan yang memakainya. Hati-hati, kurang proteksi bisa jadi ancaman keamanan data. Demikian disampaikan Laksana Budiwiyono Country Manager Trend Micro Indonesia.
Disampaikan oleh pria yang akrab dengan sapaan Laksana ini, jebakan mata uang kripto semakin banyak terjadi karena memang lebih mudah menyerangnya lewat celah yang ada. Meskipun perusahaan sudah melakukan enkripsi dengan kualitas militer -- sudah tidak bisa di unencrypted oleh pelaku serangan siber -- akan tetapi, perlindungan dari jalur kripto tetap harus dipikirkan masak-masak.
"Kripto kebanyakan sebagai media pembayaran, ini dapat mendukung tindakan siber, kenapa? Bayangin transfer bank kan kita bisa dengan cepat tracing siapa transfer ke siapa, kalau mata uang kripto itu kan tanpa jejak dan bisa antar negara juga," jabarnya, Kamis (2/9/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kaitan dengan fenomena kebobolan cryptocurrency, Laksana menjelaskan biasanya penjahat memakai modus ransomware. Ini harus jadi perhatian perusahaan karena juga makin marak yang mulai pindah ke digital.
"Pandemi banyak yang bilang harus mau tidak mau pindah digital, banyak yang pindah ke sana tapi nggak seiring proteksinya. Untuk layanan publik service attack-nya makin luas atau permukaannya bisa brutal," ujar Laksana.
"Bayangkan jarak AS-Kanada, ini kan supaya nggak ada imigran gelap harus pasang pagarnya sebagaimana panjangnya. Konsekuensi crypto tidak sekadar antivirus, ada serangan kaitan karena celah keamanan. Jadi memang harus diperkuat keamanannya," tandasnya.
Baca juga: Messi Digaji Pakai Uang Kripto, Yay or Nay? |
(ask/fay)