WhatsApp sedang jadi kontroversi lantaran aturan privasi barunya,membuat jutaan netizen berduyun-duyun install Signal dan Telegram. Akan tetapi pengamat menyebut jangan semata ikut-ikutan meninggalkan WhatsApp, melainkan harus dengan pertimbangan yang hati-hati.
WhatsApp, Signal, dan Telegram berbeda satu sama lain. Dari soal keamanan, tidak berarti juga WhatsApp adalah yang paling payah. Terutama Telegram dinilai masih patut dipertanyakan apakah merupakan alternatif sepadan bagi WhatsApp di bidang perlindungan pesan.
Pavel Durov sang pendiri Telegram memang mengklaim bahwa WhatsApp tidak aman dan mungkin menyediakan akses pada pemerintah, tapi Telegram pun punya kelemahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Aplikasi Ini Gabungkan Signal, WhatsApp dkk |
"Meski Signal memang lebih aman dari WhatsApp, Telegram tidak. Telegram adalah platform yang benar-benar beda, didesain untuk tujuan berbeda," tulis kolumnis teknologi Forbes, Zak Doffman.
Walau Durov mengklaim fitur Secret Chat di Telegram lebih aman secara signifikan dari kompetitor termasuk WhatsApp, ada catatannya. "Telegram tak secara default ada enkripsi end to end dan Secret Chat hanya bekerja antara dua perangkat, tidak di grup dan harus dipilih manual," papar Zak.
Telegram menjadi favorit pemberontak atau malah kaum militan karena data yang disimpan mungkin tak dapat dijangkau otoritas. "(Tapi) secara teknis bisa diakses oleh Telegram dan karyawannya," imbuh Zak yang dikutip detikINET dari Forbes, Senin (25/1/2021).
Kemudian dibanding WhatsApp dan Signal, Telegram mengoperasikan banyak grup dan channel sehingga ada unsur media sosialnya. "Aplikasi chat yang menawarkan fungsionalitas lebih dari messaging kadang mengkompromikan privasi demi fitur ekstra," cetus pengamat keamanan siber, Tommy Mysk.