Pascarusuh Pendukung Donald Trump, Tim IT Capitol Hill Dibuat Kerepotan
Hide Ads

Pascarusuh Pendukung Donald Trump, Tim IT Capitol Hill Dibuat Kerepotan

Rachmatunnisa - detikInet
Minggu, 10 Jan 2021 14:27 WIB
Richard Barnett, a supporter of US President Donald Trump sits inside the office of US Speaker of the House Nancy Pelosi as he protest inside the US Capitol in Washington, DC, January 6, 2021. - Demonstrators breeched security and entered the Capitol as Congress debated the a 2020 presidential election Electoral Vote Certification. (Photo by SAUL LOEB / AFP)
Foto: AFP/SAUL LOEB
Jakarta -

Pascakerusuhan pendukung Presiden AS Donald Trump yang mengobrak-abrik gedung Capitol Hill di Washington, staf gedung disibukkan dengan urusan pembersihan dan perbaikan. Yang lebih penting lagi, staf IT mereka kerepotan memulihkan sistem keamanan digital.

Para perusuh sangat mungkin memiliki akses fisik ke suatu lokasi yang dapat menimbulkan konsekuensi serius pada keamanan cyber. Mereka bisa saja menyadap kantor kongres, mengekstrak data dari komputer yang tidak terkunci, atau memasang malware pada perangkat yang terbuka.

Situasi darurat saat rusuh membuat seluruh staf terburu-buru mengevakuasi Capitol Hill. Karenanya, beberapa komputer dibiarkan tidak terkunci dan tetap dapat diakses saat demonstran tiba.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, seperti dikutip dari Wired, setidaknya beberapa peralatan dicuri dari gedung itu. Senator Jeff Merkley dari Oregon dalam sebuah video wawancara mengatakan penyusup mengambil salah satu laptop kantornya dari meja konferensi.

Sejumlah langkah dilakukan oleh tim keamanan gedung kongres, seperti meninjau secara ekstensif rekaman kamera keamanan dari gedung DPR dan Senat, di lorong, dan ruang lain untuk melihat apa yang dilakukan penyusup, termasuk interaksi apa yang mungkin mereka lakukan dengan perangkat elektronik dan sistem digital.

ADVERTISEMENT

Sayangnya, banyak ruang yang tidak berada di bawah pengawasan kamera CCTV. Langkah lainnya adalah melakukan pembersihan gedung dari benda-benda seperti mikrofon atau kamera tersembunyi. Butuh waktu untuk mengevaluasi setiap ruangan dan lorong, dan taruhannya mereka bisa saja melewatkan ancaman keamanan yang serius.

"Ini mungkin akan memakan waktu beberapa hari untuk menyelidikinya, apa yang dicuri, apa yang tidak," kata penjabat pengacara AS untuk Distrik Columbia Michael Sherwin.

"Sejumlah barang elektronik dicuri dari kantor senator. Dokumen, bahan, dicuri, dan kami harus mengidentifikasi apa yang telah dilakukan, dan itu berpotensi mengancam ekuitas keamanan nasional. Jika ada kerusakan, kami belum tahu sejauh mana itu," sambungnya.

Tak seperti Gedung Putih yang aksesnya dikontrol dengan sangat ketat, gedung Capitol sering disebut "rumah rakyat". Level keamanannya disebut mirip rumah sakit. Banyak ruang terbuka dan dapat diakses, dan hanya beberapa area yang dijaga ketat atau aksesnya dikontrol.

Terlepas dari itu, massa yang menggeruduk gedung Capitol pada Rabu (6/1) memiliki banyak kesempatan untuk mencuri informasi atau mendapatkan akses perangkat. Bahkan tanpa adanya akses fisik, keamanan cyber lain pun mengingtai. Misalnya, penjahat cyber bisa memanfaatkan insiden tersebut untuk melakukan serangan phishing terhadap kantor kongres atau mulai menyebarkan disinformasi untuk memicu keresahan di masa depan.




(rns/rns)