Pilpres AS Dibayang-bayangi Ancaman Serangan Hacker?
Hide Ads

Pilpres AS Dibayang-bayangi Ancaman Serangan Hacker?

Aisyah Kamaliah - detikInet
Sabtu, 18 Jul 2020 14:24 WIB
kejahatan cyber
Ilustrasi hacker. Foto: Internet
Jakarta -

Pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) dibayang-bayangi ancaman serangan hacker yang dapat mempengaruhi hasil suara. Kekhawatiran ini mengguat setelah Joe Biden, kandidat calon presiden AS mengatakan ada musuh yang ingin kacaukan pilpres AS pada November mendatang.

Ia menerima informasi tersebut dari intelejen. Nama Rusia dan China kembali ikut terseret.

"Kita tahu dari sebelumnya, dan saya jamin saya mengetahuinya sekarang karena sekarang saya mendapat pengarahan lagi. Rusia masih terlibat, berusaha untuk melegitimasi proses pemilihan umum kita. Faktanya, China dan yang lainnya terlibat juga dalam kegiatan yang dirancang agar kita kehilangan kepercayaan pada hasil pilpres," kata Biden, dilansir The Associated Press (AP).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Isu ancaman hacker saat pilpres bukanlah barang baru. Dikutip dari Bloomberg, seorang hacker dapat memprogram ulang mesin pemungutan suara elektronik secara langsung, jika dibiarkan tidak dijaga, atau dari jarak jauh, dan jika terhubung ke internet.

Namun, sebagai catatan, melakukan hal itu tanpa terdeteksi dan pada skala yang cukup besar untuk memengaruhi hasil pemilihan, tidak akan mudah, karena ada ribuan yurisdiksi lokal dengan pemilihan berbeda metode dan peralatan.

ADVERTISEMENT

Apa pernah hasil suara yang berubah karena ulah hacker?

Sulit untuk mengatakannya dengan pasti. Salah satu contoh yang sering dibahas adalah pemilihan presiden 2004 di Ukraina, di mana Perdana Menteri Viktor Yanukovych memenangkan pemilihan yang kemudian diklaim sebagai hasil dari fraud dan memicu 'Revolusi Oranye' untuk menjalankan pemilu ulang.

Mungkin tepatnya bukan pada hasilnya direkayasa atau tidak, akan tetapi lebih pada usaha untuk meretas pernah tercatat dalam sejarah. Diketahui ada beberapa hacker yang pernah mencoba mengacaukan pemilihan umum. Seorang hacker diduga mencoba menyabotase pemilihan demokratis pertama di Afrika Selatan pada tahun 1994, meningkatkan penghitungan suara untuk kandidat lainnya.

Pelanggaran itu ditemukan dan penghitungan suara tertunda. Hasil akhirnya, Nelson Mandela dinyatakan sebagai pemenang. Upaya berani untuk mengubah pemilihan presiden di Ukraina pada 2014 dikaitkan dengan kelompok peretasan pro-Moskow yang menyabotase komputer pemilihan pusat Ukraina beberapa hari sebelum pemungutan suara. Peretasan terkait pemilihan lainnya dikabarkan pernah terjadi di Bulgaria pada 2015 dan di Filipina pada 2016.




(ask/afr)