Pertahanan Semesta
Jadi, bagaimana membangun pertahanan dan cyber troops yang kuat? Kita bisa belajar dari Russia dan Tiongkok.
Russia, sebagaimana dilaporkan The New York Times, tengah melakukan pendefinisian ulang soal perang.
Jika dulu, sebelum Uni Soviet runtuh, perang diterjemahkan dengan unjuk kekuatan senjata (dari mesin tempur hingga roket), kini, di bawah Presiden Vladimir Putin, perang adalah unjuk kekuatan di dunia maya.
Prajurit yang dibutuhkan Putin sekarang harus mampu membela negara dengan menggunakan komputer, laptop, dan telepon seluler.
Hal itu terlihat dari langkah Kementerian Pertahanan Rusia membuat pengumuman mencari bibit-bibit programer andal.
Bukan cuma pemuda-pemudi yang baru lulus kuliah, akan tetapi juga para penulis kode potensial, bahkan mereka yang tersangkut kasus hukum sekalipun, asalkan memiliki kemampuan sebagai hacker atau peretas akan dibina membela negara.
Bagaimana dengan Tiongkok? Negeri ini dikenal luas memiliki banyak kelompok hacker yang aktif sekali melakukan kegiatan spionase dan pencurian data.
Tiap kelompok ini terafiliasi dengan kekuatan pemerintahnya dan memiliki target industri tertentu di negara tertentu pula.
Industri yang menjadi target seperti sektor dirgantara, satelit, pertahanan, konstruksi, energi, telekomunikasi, teknologi tinggi, maritim, finansial, kesehatan, pertambangan, serta pemerintahan di hampir semua negara di seluruh kawasan.
Bagaimana Indonesia? Kita memang sudah memiliki Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang diamanahkan melaksanakan keamanan dan mengonsolidasikan semua unsur yang terkait dengan keamanan siber. Apakah cukup BSSN untuk melawan perang yang tak ada batas wilayah ini? Tentu tidak!
Di sinilah konsep sistem pertahanan semesta menjadi relevan dengan mengajak milenial ikut mempertahankan kedaulatan negara.
Milenial menjadi kunci untuk membangun pasukan siber yang kuat karena mereka terlahir sebagai generasi digital (Digital Native).
Membangun kesadaran Bela Negara di kalangan milenial harus gencar dilakukan pemerintah dengan berbicara dalam bahasa dan platform yang sama dengan generasi ini agar proses perekrutan pasukan siber nan militan bisa terbentuk layaknya yang dilakukan Russia dan Tiongkok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak Video "Video: Staf Prabowo Bisa Ketipu Love Scam, Data Kepresidenan Aman?"
[Gambas:Video 20detik]