Menurut dia, rencana Facebook itu akan membuat munculnya 'ruang yang tidak berhukum'. Otoritas pun tidak dapat berbuat apa-apa untuk mendeteksi pelaku kejahatan maupun korban.
"Kita akan kehilangan kemampuan untuk menemukan anak-anak yang perlu diselamatkan. Kita tidak akan bisa menemukan orang-orang jahat," katanya, dikutip detikINET dari Reuters.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Duh, Keamanan WhatsApp Terancam Diacak-acak |
WhatsApp saat ini sudah dibekali enkripsi end to end, sehingga tidak ada yang dapat mengakses pesan kecuali pengirim dan penerima. Nah, layanan Instagram dan Facebook Messenger rencananya bakal diberikan fitur serupa.
Facebook dengan teknologinya telah melaporkan ada 16 juta eksploitasi anak-anak di platformnya. Angka itu diperkirakan turun sampai 70% seandainya teknologi enkrispi diterapkan di seluruh layanan.
Seperti diberitakan, pejabat Amerika Serikat, Inggris, dan Australia telah meminta agar penegak hukum bisa mengakses pesan ketika menginvestigasi teroris, pelaku pelecehan anak-anak, dan kriminal lainnya.
Maka, tak menutup kemungkinan penyandian di WhatsApp diminta dilucuti karena otoritas meminta ada akses backdoor bagi mereka kala melakukan penyelidikan sebuah kejahatan yang melibatkan pesan di WhatsApp.
(fyk/asj)