Sepatu Raksasa Berumur 2.000 Tahun Ditemukan, Pemiliknya Misterius
Hide Ads

Sepatu Raksasa Berumur 2.000 Tahun Ditemukan, Pemiliknya Misterius

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 20 Agu 2025 16:15 WIB
Sepatu raksasa
Foto: Earth.com
Jakarta -

Perbatasan utara Britania Romawi baru saja menambahkan data tak terduga, yaitu ukuran sepatu. Para arkeolog di Benteng Magna Romawi telah menemukan alas kaki kulit berukuran besar untuk periode tersebut.

Skala penemuan ini menonjol dalam arkeologi Romawi dan menimbulkan pertanyaan baru tentang siapa dan mengenakan apa di Tembok Hadrian pada masa itu. Penemuan ini bukan penemuan yang hanya terjadi sekali.

Dikutip dari Earth.com, dari koleksi musim ini di Magna, sekitar seperempat sepatu berukuran lebih dari 30 cm, sementara situs terdekat, Vindolanda, hanya menampilkan sebagian kecil contoh sepatu berukuran super dalam koleksi yang telah lama diteliti. Perbedaan ini mendorong perbandingan yang cermat, alih-alih kesimpulan yang terburu-buru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dr Elizabeth Greene, Associate Professor di Western University dan spesialis alas kaki di Vindolanda Trust, serta Dr Andrew Birley, CEO dan Direktur Penggalian di Vindolanda Trust, termasuk di antara para peneliti yang menafsirkan material baru tersebut.

ADVERTISEMENT

Ukuran yang Mengejutkan

Alas kaki Romawi biasanya lebih mencerminkan kaki modern daripada yang disiratkan mitos. Itulah sebabnya sepatu-sepatu langka di Magna mendapat perhatian. Penemuan delapan sepatu dengan panjang lebih dari 30 cm telah dicatat sejauh musim ini, termasuk rekor Trust saat ini sekitar 32 cm yang diambil dari parit pertahanan tepat di luar tembok benteng.

Salah satu hipotesisnya adalah adanya garnisun atau komunitas dengan tipe tubuh atau kebiasaan pasokan yang berbeda, tetapi kumpulan datanya masih kecil dan dalam tahap konservasi, jadi para arkeolog memilih untuk menahan diri mengungkap lebih banyak data.

Sepatu bukan sekadar ukuran dan sol. Tukang sepatu Romawi membuat lapisan-lapisan kulit sapi pada sepatu yang kokoh dan memasangnya dengan paku besi, sehingga sol luarnya mencengkeram dan tahan lama di permukaan kasar, yang membantu para arkeolog memahami penggunaan, keausan, dan gaya berjalan.

Ketika kulit masih utuh dengan jahitan, jepit rambut, dan pola kuku, hal itu dapat menunjukkan tradisi bengkel, rute pasokan, dan bahkan pangkat atau peran dalam suatu unit atau rumah tangga. Hal-hal tersebut merupakan garis penyelidikan yang dapat diuji di Magna seiring kemajuan konservasi.

Petunjuk dari Tanah

Sepatu tersebut bertahan karena timbunan parit di Magna sebagian besar bersifat anaerobik, yang berarti oksigen terbatas dan pembusukan melambat.

Rendahnya oksigen, tingginya muka air tanah, dan sedimen halus bersama-sama menciptakan pelestarian sehingga temuan organik itu bisa bertahan selama berabad-abad.

Kondisi tersebut juga menyegel jejak kehidupan sehari-hari yang rapuh, seperti bagian serangga, benih, dan telur parasit.

Tim di Vindolanda, yang dapat dicapai dengan berjalan kaki sebentar ke arah timur di sepanjang perbatasan, sebelumnya menemukan telur cacing gelang dan cacing cambuk dari sedimen saluran air yang terhubung ke jamban, yang menambahkan dimensi kesehatan pada studi kultur material.

Melestarikan Sepatu Romawi Kuno

Kimia yang sama yang melindungi kulit dapat rusak oleh pengeringan tanah, fluktuasi permukaan air tanah, dan pergeseran potensial reduksi oksidasi.

Pemantauan lokasi di Tembok Hadrian telah mendokumentasikan kerentanan arkeologi yang tergenang air terhadap pola cuaca modern, yang merupakan cara sopan untuk mengatakan bahwa variabilitas iklim dapat mempercepat hilangnya informasi dalam satu musim panas dan kering.

Di Vindolanda, para ilmuwan telah memasangkan fluoresensi sinar-X portabel dengan survei DNA mikroba untuk melacak bagaimana kondisi terkubur membentuk pengawetan.

Pekerjaan itu menyediakan dasar teknis untuk menafsirkan keadaan artefak organik dan untuk merencanakan cara menstabilkan endapan sebelum berubah menjadi aerobik dan mulai hancur.

"Kita hanya bisa merayakan dan mengagumi keberagaman dan perbedaan orang-orang ini jika kita masih bisa melihat mereka dalam data arkeologi yang kita kumpulkan saat ini," kata Birley, sambil menunjuk gambaran yang lebih besar di balik sebuah telapak kaki besar.

Para konservator memperkirakan adanya penyusutan sedang selama perawatan, sehingga pengukuran akhir mungkin berkurang sedikit.

Meski begitu, proporsi saat ini sudah melampaui batas alas kaki Romawi yang dikenal dari Inggris dan membenarkan perbandingan cermat dengan kumpulan data jangka panjang di Vindolanda.

Pola pemakaian, tata letak kuku, dan bagian atas yang masih ada akan membantu membedakan sepatu bot musim dingin dari sepatu sehari-hari, dan bantalan medis dari perbedaan ukuran.

Konteks itu penting, jadi tembikar dan fase konstruksi yang terkait di dalam benteng akan menentukan alas kaki dalam hal waktu dan penggunaan.




(rns/rns)
Berita Terkait