Rekaman Suara Mengerikan dari 'Lapisan Es Bernyanyi' Antartika
Hide Ads

Rekaman Suara Mengerikan dari 'Lapisan Es Bernyanyi' Antartika

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 29 Jul 2025 19:00 WIB
Antartika
Ilustrasi lapisan es Antartika. Foto: Cassie Matias/Unsplash
Jakarta -

Bukan cuma manusia yang bisa bernyanyi, lapisan es pun, ketika retak, ia akan mengeluarkan suara mirip manusia bernyanyi. Ternyata, 'nyanyian' gunung es cukup umum terdengar di Antartika.

Pada 2014, tim ilmuwan berkeliling ke Ross Ice Shelf (RIS) Antartika, berharap bisa merekam perubahan musiman di lapisan es tersebut. Sebaliknya, mereka tak sengaja mendokumentasikan lanskap suara yang terdengar mengerikan.

Jejak suara itu bergema melalui es yang tebal, seolah-olah es yang 'menangis' itu meneteskan air mata beku meratapi pemanasan global yang makin mengkhawatirkan. Tim tersebut menerbitkan penelitian mereka di Geophysical Research Letters.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbentuk seperti retakan berbentuk segitiga, RIS adalah lapisan es terbesar di Antartika. Ditopang oleh gletser dari lapisan es Antartika Timur dan Barat, RIS kira-kira seukuran Spanyol, Prancis, atau Texas.

Tentu saja, lapisan es ini telah lama membangkitkan rasa ingin tahu para ahli geologi. Namun mereka tidak pernah menyangka akan disambut dengan dentuman nada seismik yang aneh ini, serta 'erangan' dan 'rintihan' es yang mencair.

ADVERTISEMENT

Dalam makalah tersebut, para peneliti menjelaskan bahwa mereka menemukan anomali spektral aneh yang sulit dijelaskan, menunjukkan adanya gelombang seismik frekuensi tinggi yang terperangkap di beberapa meter teratas salju.

Lapisan salju lepas beberapa meter teratas disebut firn. Firn ini sangat rentan terhadap perubahan suhu dan pola angin sekecil apa pun. Ketika es mengalami gangguan di permukaan, mereka terperangkap di dalam es sebagai gelombang seismik yang diam-diam beriak dan bergetar melalui lapisan es.

"Inilah mengapa pencairan firn dianggap sebagai salah satu faktor terpenting dalam destabilisasi lapisan es," ujar Julien Chaput, seorang ahli geofisika dan matematika sekaligus penulis utama studi tersebut, dikutip dari Green Matters.

Para peneliti menjelaskan, lapisan es tertutupi selimut salju tebal yang di atasnya terdapat bukit pasir salju raksasa, seperti bukit pasir di gurun pasir. Lapisan salju ini bertindak seperti mantel bulu bagi es di bawahnya, melindungi es di bawahnya dari pemanasan dan bahkan pencairan ketika suhu naik.

Jadi, ketika variasi angin atau suhu memicu pencairan es, daya penahan selimut tebal ini kehilangan kekuatannya. Air gletser yang mengalir di lapisan yang lebih dalam mulai tumpah lebih bebas ke danau-danau di sekitarnya. Hal ini menyebabkan permukaan laut naik dan es mencair.

Chaput dan timnya menggunakan 34 sensor seismik ultra-sensitif di es dalam di atas firn untuk memetakan struktur getaran paparan. Mereka mempelajari data yang dikumpulkan dari sensor-sensor ini selama 3 tahun, hingga 2017.

Mereka menemukan bahwa angin yang bertiup kencang di atas bukit salju RIS menyebabkan mantel bulu terus-menerus bergetar dan bergemuruh, seperti yang terdengar dalam video YouTube yang dibagikan oleh @AGUvideos.

Ahli glasiologi Douglas MacAyeal menyamakan suara itu dengan sekelompok besar serangga yang berdengung atau serangga jangkrik yang melayang di atas rerumputan.

"Rasanya seperti Anda meniup seruling, terus-menerus, di paparan es," kata Chaput.

Yang lebih mencengangkan lagi adalah dengungan seismik ini terus-menerus mengubah nada dan frekuensinya. Perubahan ini sebagian besar terpantau oleh perubahan kondisi cuaca.

"Seperti musisi yang dapat mengubah nada seruling dengan mengubah lubang tempat udara mengalir atau seberapa cepat alirannya, kondisi cuaca di lapisan es dapat mengubah frekuensi getarannya dengan mengubah topografinya yang seperti bukit pasir," jelas Chaput.

Frekuensi yang terdeteksi awalnya tidak terdengar oleh pendengaran manusia, tetapi kemudian dapat didengar oleh Chaput yang mempercepatnya sekitar 1.200 kali. Meskipun terdengar menyeramkan, suara tersebut merupakan bongkahan berharga yang dapat menunjukkan apakah RIS berada di ambang kehancuran total.




(rns/rns)
Berita Terkait