Fakta Carstensz Pyramid atau Puncak Jaya, Indah Tapi Menantang
Hide Ads

Fakta Carstensz Pyramid atau Puncak Jaya, Indah Tapi Menantang

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 03 Mar 2025 10:00 WIB
Puncak Jaya
Foto: Wikipedia
Jakarta -

Puncak Jaya atau Carstensz Pyramid di pulau New Guinea, dengan ketinggian 4.884 meter adalah puncak gunung tertinggi yang berada di sebuah pulau di Bumi dan juga puncak tertinggi di Indonesia. Puncak ini jadi pembicaraan setelah dua pendaki wanita meninggal dunia di sana.

Puncak ini merupakan bagian dari jajaran pegunungan Sudirman. Nama Indonesianya adalah Puncak Jaya, sedangkan Carstensz Pyramid adalah nama Eropa, berasal dari orang Eropa pertama yang melihat gunung tersebut, Jan Carstensz. Ia pertama kali melihat Puncak Jaya dalam perjalanan berlayar pada tahun 1623.

Dikutip detikINET dari National Geographic, orang Eropa lainnya saat itu tidak mempercayainya, karena Carstensz mengklaim bahwa Puncak Jaya ditutupi oleh gletser dan salju.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puncak Jaya terkenal sebagai salah satu dari sedikit gunung tropis atau khatulistiwa di dunia yang punya lapisan es atau gletser. Sayangnya, gletser Carstensz telah menyusut dalam beberapa tahun terakhir karena perubahan iklim.

Puncak Jaya merupakan bagian dari tantangan Seven Summits dalam pendakian gunung. Seven Summit merupakan tantangan yang mengharuskan pendaki mencapai gunung tertinggi di setiap benua. Puncak Jaya dianggap sebagai salah satu pendakian Seven Summit yang paling sulit secara teknis meski ketinggiannya terendah.

ADVERTISEMENT

Karena Puncak Jaya secara geografis bagian dari Oseania, banyak orang menganggapnya sebagai puncak tertinggi di Oseania. Pendakian pertama yang tercatat adalah tahun 1962 oleh sebuah tim yang dipimpin pendaki Austria, Heinrich Harrer. Sejak saat itu, terutama sejak minat terhadap konsep Seven Summits, Puncak Jaya telah dikunjungi berkali-kali.

Mendakinya bukan hal yang mudah misalnya terkait cuaca di Carstensz Pyramid yang tidak dapat diprediksi dan sering kali buruk. Tidak ada waktu terbaik dalam setahun untuk mendaki, meskipun sebagian besar memilih musim kemarau dari bulan April hingga November.

Cuaca terus berubah tiap saat sepanjang tahun dan pendaki harus siap menghadapi yang terburuk seperti diguyur hujan badai, terbakar Matahari, dan bahkan disambut di puncak oleh badai salju. Untuk menghindari curah hujan, sebagian besar perusahaan tur merencanakan hari pendakian di pagi hari, saat kemungkinan hujan dan salju jauh lebih rendah.

Perjalanan menuju base camp relatif berat, dan mengharuskan Anda dapat berjalan terus-menerus dengan ransel selama 6-7 jam per hari, selama berhari-hari dan membutuhkan stamina fisik dan mental kuat. Tantangan paparan cuaca tidak menentu dapat diatasi dengan perencanaan yang cermat dan fleksibel, serta dengan perlengkapan yang tepat.

Selain ketahanan fisik dan mental, pendakian Puncak Jaya juga memberikan tantangan teknis, bahkan pada rute normal. Selain itu, juga perlu mewaspadai penyakit ketinggian yang umumnya berpotensi dirasakan di mana saja dengan ketinggian lebih dari 3.000 m di atas permukaan laut.




(fyk/rns)