Menurut Bulletin of Atomic Scientist, Jam Kiamat telah menyentuh angka 89 detik sebelum tengah malam. Kapan Jam Kiamat berdentang di tengah malam dan apa yang kira-kira bakal terjadi setelahnya?
Sebelumnya, mari kenalan dengan Doomsday Clock. Jam Kiamat diciptakan pada tahun 1947 oleh Bulletin of the Atomic Scientists, dengan masukan dari para ahli seperti Albert Einstein dan J. Robert Oppenheimer. Ini bukanlah jam sungguhan, melainkan ukuran simbolis kedekatan manusia dengan sebuah kehancuran Bumi.
Tengah malam melambangkan bencana global, yang dapat diakibatkan oleh perang nuklir, keruntuhan iklim, atau ancaman eksistensial lainnya. Setiap tahun, sekelompok ilmuwan, termasuk para peraih Nobel, menilai risiko dan menyesuaikan waktu jam tersebut. Pertanyaan yang ada di benak setiap orang adalah: Apa yang terjadi jika tengah malam dari Jam Kiamat tiba?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Your Story, jika Jam Kiamat menunjukkan tengah malam, bukan berarti dunia akan hancur dalam sekejap. Sebaliknya, hal itu melambangkan bahwa manusia telah gagal mencegah bencana besar, yang mengakibatkan sejumlah hal, termasuk:
1. Perang Nuklir
Konflik nuklir dapat menghancurkan seluruh wilayah, menewaskan jutaan orang, dan menjerumuskan dunia ke dalam kekacauan. Para penyintas akan menghadapi penyakit radiasi, runtuhnya infrastruktur, dan kerusakan lingkungan jangka panjang.
2. Bencana Iklim
Ambang batas iklim akan terlewati dan dapat menyebabkan cuaca ekstrem menjadi hal yang biasa. Pasokan pangan global dapat runtuh, dan migrasi massal dapat memicu ketidakstabilan geopolitik.
3. Kegagalan Teknologi
Ketika menyentuh tengah malam, serangan siber yang melumpuhkan jaringan listrik mungkin terjadi. Dampaknya dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan masyarakat. Sederhananya, tengah malam pada Jam Kiamat akan menandai dimulainya dunia yang sangat berbeda dari yang kita kenal saat ini.
Lalu, dapatkah kita memperbaiki Jam Kiamat? Untungnya, belum terlambat. Jam Kiamat tidak benar-benar saklek, justru ini adalah sebuah pengingat untuk bertindak lebih baik di planet yang kita tempat ini. Cara yang dapat ditempuh pun beragam, semisal memperkuat diplomasi global dengan de-eskalasi nuklir melalui perjanjian pengendalian senjata, mempercepat solusi iklim tiap negara dengan komitmen terhadap emisi nol bersih dan memperluas investasi dalam energi terbarukan.
Perlu dicatat, sektor publik dan swasta perlu berkolaborasi dalam inovasi seperti penangkapan karbon dan pertanian yang tangguh terhadap iklim. Selain itu, pengaturan terhadap teknologi yang tengah berkembang harus dipastikan mengembangkan pedoman etika guna mencegah penyalahgunaan AI dan bioteknologi. Transparansi dalam penelitian AI dapat mengurangi risiko yang terkait dengan misinformasi dan senjata otomatis.
(ask/afr)