Menguak Rencana AS Hancurkan Stasiun Antariksa Internasional
Hide Ads

Menguak Rencana AS Hancurkan Stasiun Antariksa Internasional

Khalisa Fitri - detikInet
Selasa, 28 Nov 2023 10:45 WIB
IN SPACE - MAY 29:  In this handout provided by National Aeronautics and Space Administration (NASA), back dropped by planet Earth the International Space Station (ISS) is seen from NASA space shuttle Endeavour after the station and shuttle began their post-undocking relative separation May 29, 2011 in space. After 20 years, 25 missions and more than 115 million miles in space, NASA space shuttle Endeavour is on the last leg of its final flight to the International Space Station before being retired and donated to the California Science Center in Los Angeles. Capt. Mark E. Kelly, U.S. Rep. Gabrielle Giffords (D-AZ) husband, has lead mission STS-134 as it delivered the Express Logistics Carrier-3 (ELC-3) and the Alpha Magnetic Spectrometer (AMS-2) to the International Space Station. (Photo by NASA via Getty Images)
Stasiun luar angkasa ISS. Foto: Getty Images
Jakarta -

Sudah 23 tahun stasiun luar angkasa internasional (ISS) mengakomodasi astronaut di atas sana. Selama itu juga, strukturnya bertambah tua hingga tak jarang terjadi keretakan dan kebocoran.

Alhasil, sekarang NASA mendiskusikan cara membuang stasiun tersebut, yang rencananya dilakukan pada awal 2030-an. Sayangnya, rencana tersebut membutuhkan biaya yang tidak murah.

Merujuk laporan Scientific American yang dikutip detikINET dari Futurism, Selasa (28/11/2023), badan antariksa itu telah memperkirakan biaya rencana pembuangan ISS dan hasilnya mencengangkan. Untuk benar-benar menonaktifkan ISS dengan aman, termasuk kebakaran yang tidak membahayakan Bumi, dibutuhkan biaya mencapai USD 1 miliar (Rp 15,5 triliun). Belum lagi ada kemungkinan peningkatan harga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena ISS didirikan oleh lima badan antariksa multinasional, NASA, Roscosmos, JAXA, CSA, dan ESA, rencana ini pun akan menjadi awal berakhirnya hubungan ilmiah internasional yang telah berlangsung selama beberapa dekade, terutama antara AS dan Rusia.

"Dalam hal kerja sama sipil, saya rasa banyak orang akan menggambarkannya sebagai proyek terbesar yang pernah dimulai dalam sejarah umat manusia," ujar Mai'a Cross, ilmuwan politik di Northeastern University.

ADVERTISEMENT

Opsi Membuang ISS

Sebenarnya ada dua opsi untuk menjatuhkan ISS dari orbit Bumi. Para insinyur bisa saja dengan mudah membuat ISS terjun tak terkendali menuju atmosfer, tapi mereka juga bisa membuatnya turun dengan lebih teratur menggunakan pesawat luar angkasa khusus.

Pada opsi pertama, ada risiko kepingan besar stasiun menyebar, jatuh ke wilayah berpenduduk dan kemudian memakan korban jiwa.

"Kejatuhannya yang tidak terkontrol bisa berdampak pada penduduk di permukaan, termasuk korban jiwa, luka-luka, dan kerusakan properti," ujar George Nield, presiden perusahaan Commercial Space Technologies.

Dengan begitu, para ilmuwan kini berusaha meminimalisasi jumlah kepingan yang dapat merugikan orang-orang di permukaan Bumi, yang eksekusinya tak mudah karena stasiun tersebut mengorbit seluruh bagian planet setiap 90 menit.

Idealnya, ISS harus menuju satu titik yang sama saat sedang terbakar di atmosfer, tapi hal tersebut sulit untuk diprediksi. NASA masih perlu mengembangkan dan mengkonstruksi pesawat khusus yang cukup kuat untuk melakukan deorbit sekaligus mengantarkan stasiun begitu turun ke Bumi, ke lokasi yang aman.

Meski begitu, ada satu hal yang pasti. ISS akan jatuh ke Bumi dengan ledakan dahsyat yang menandakan berakhirnya hubungan manis internasional terkait kerja sama ilmiah beserta terobosan yang sudah dihasilkannya selama ini.

*Artikel ini ditulis oleh Khalisha Fitri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(fyk/fyk)
Berita Terkait