Biang keladi punahnya dinosaurus masih menimbulkan spekulasi di tengah para ilmuwan. Debu masif dari hantaman asteroid yang sebelumnya terabaikan di meja penelitian, ternyata mendatangkan pencerahan baru.
Sebagian besar dari kita tahu bahwa asteroid yang menabrak Bumi menjadi penyebab utama kepunahan dinosaurus. Tapi bukankah fenomena itu mendatangkan pertanyaan soal apa yang terjadi setelahnya? Pasalnya, asteroid Chicxulub bukan satu-satunya penyebab 'kiamat' di Bumi ini saat itu.
Dinosaurus tidak serta merta mati oleh tabrakan asteroid, walau memang tumbukan benda angkasa itu berperan besar. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, seperti kebakaran dan musim dingin berkepanjangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip detikNET dari The New York Times, Selasa (31/10/2023), 66 juta tahun yang lalu, asteroid menabrak lautan di lepas pantai Meksiko. Bencana alam yang mematikan dan masif pun terjadi berbarengan, dari gempa Bumi hingga tsunami. Iklim menjadi tak karuan dan tanaman yang menjadi bagian dari rantai makanan ikut terbabat habis.
Musim Dingin yang Mematikan
Kebakaran memang terjadi di mana-mana dan menghancurkan sebagian besar kehidupan, tapi musim dingin yang melanda memberikan dampak yang cukup besar.
Ada tiga zat yang dianggap mampu mendinginkan Bumi sebagai hasil dari tabrakan tersebut, yaitu belerang, jelaga, dan debu. Setelah sekian lama dianaktirikan oleh para ilmuwan, sebuah riset dari Nature Geoscience mengungkap bahwa debu merupakan penyebab dari serangan dingin itu.
Lebih jelasnya, debu silikat ini halus dan berukuran mikrometer. Saat itu, ia melekat di atmosfer selama 15 tahun dan dapat menahan masuknya panas serta sinar matahari ke Bumi. Karena itu, fotosintesis tanaman yang membutuhkan sinar matahari pun akhirnya terhenti selama dua minggu penuh. Hal ini tentu bisa merusak rantai makanan dan bisa membunuh binatang yang tersisa.
Merujuk pada simulasi komputer dari Cem Berk Senel, peneliti pemodelan paleoklimatologi di Observatorium Kerajaan Belgia sekaligus penulis riset, debu halus tersebut merupakan bagian dari dampak buruk iklim.
Belerang dan jelaga mungkin lebih baik dalam menyerap dan menghalangi sinar matahari, tapi debu lebih tahan lama berada di atmosfer, selama setidaknya 15 tahun. Akibatnya, suhu di Bumi anjlok hingga 15 derajat selsius. Butuh empat tahun untuk memulihkan atmosfer dari debu halus dan mengembalikan kehidupan tanaman di Bumi. Kejadian inilah yang menurut riset baru itu menjadi penyebab musnahnya dinosaurus, bukan semata tumbukan asteroid.
Kontra Dari Seorang Ahli Paleontologi
Jan Smit, seorang ahli paleontologi di Universitas Vrije Amsterdam yang bukan bagian dari tim riset, mengatakan penemuan soal Bumi yang mendingin setelah peristiwa Asteroid tersebut belum menyeluruh. Senel dan rekannya Pim Kaskes, ahli geologi di Universitas Brussel di Belgia, pun mengakui hal itu.
"Itu adalah sesuatu yang ingin kami cari tahu, untuk melihat apakah ada perbedaan di seluruh dunia, mungkin beberapa wilayah yang tidak terlalu terpengaruh oleh dampak meteorit tersebut dan mengapa beberapa kelompok bertahan dan yang lainnya tidak. Saya pikir ini hanyalah sebuah titik awal untuk beberapa penelitian keren dan untuk menemukan bukti fosil dari respons global ini," ujar Kaskes.
*Artikel ini ditulis oleh Khalisha Fitri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
(fyk/fyk)