Gerhana Matahari Hibrida telah berlangsung pada 20 April kemarin. Kapan Indonesia akan mengalami kembali gerhana kembali?
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan gerhana matahari dapat terjadi antara 1-5 kali dalam setahun untuk seluruh permukaan Bumi.
Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang, mengungkapkan dari empat gerhana - dua gerhana matahari dan dua gerhana bulan- yang terjadi di 2023, tiga di antaranya dapat diamati dari wilayah Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yakni, Gerhana Matahari Hibrida pada 20 April, gerhana bulan penumbra pada 5-6 Mei, dan Gerhana Bulan Sebagian pada 29 Oktober," ujar Andi dikutip dari laman Edukasi Sains Antariksa, Jumat (21/4/2023).
Adapun, satu fenomena gerhana lagi, yaitu gerhana matahari cincin yang terjadi pada 15 Oktober nanti itu tidak bisa disaksikan di wilayah Indonesia.
Andi menjelaskan sepanjang tahun 2023, terdapat 13 kali fase purnama dengan dua fase purnama bertepatan dengan gerhana bulan penumbra pada 6 Mei dan gerhana bulan sebagian pada 29 Oktober, di mana kedua dapat disaksikan dari di Indonesia.
"Gerhana Bulan dapat terjadi antara 1-3 kali dalam setahun untuk seluruh permukaan Bumi," ucapnya.
Lebih lanjut, kata Andi, gerhana bulan tidak dapat terjadi setiap bulan karena orbit bulan memiliki kemiringan sebesar lima derajat. Selain itu, durasi drakonis bulan rata-rata lebih pendek 2,2 hari dibandingkan dengan durasi sinodis bulan.
Oleh karenanya, bulan akan berada pada simpul sekaligus fase yang sama setiap 6-7 bulan sekali.
Disampaikan Andi pula, saat bulan berada dekat dengan simpul saat fase purnama, maka bulan akan memasuki sebagian atau seluruh bayangan bumi. Ketika bulan memasuki sebagian atau seluruh bayangan penumbra bumi, maka akan terjadi gerhana bulan penumbra.
"Saat bulan memasuki sebagian bayangan umbra bumi, maka akan terjadi gerhana bulan sebagian/parsial. Sementara itu, saat bulan memasuki seluruh bayangan umbra bumi, maka akan terjadi gerhana bulan total," pungkasnya.
(agt/agt)