Rusia Cari Puing Drone Amerika di Laut Hitam, Mau Ambil Apa?
Hide Ads

Rusia Cari Puing Drone Amerika di Laut Hitam, Mau Ambil Apa?

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 20 Mar 2023 14:06 WIB
INDIAN SPRINGS, NV - NOVEMBER 17:  (EDITORS NOTE: Image has been reviewed by the U.S. Military prior to transmission.) An MQ-9 Reaper remotely piloted aircraft (RPA) flies by during a training mission at Creech Air Force Base on November 17, 2015 in Indian Springs, Nevada. The Pentagon has plans to expand combat air patrols flights by remotely piloted aircraft by as much as 50 percent over the next few years to meet an increased need for surveillance, reconnaissance and lethal airstrikes in more areas around the world.  (Photo by Isaac Brekken/Getty Images)
Drone MQ-9 Reaper yang jatuh di Laut Hitam. Foto: Getty Images/Isaac Brekken
Jakarta -

Sepasang jet tempur Rusia mencegat drone MQ-9 Reaper milik milik Amerika Serikat di atas Laut Hitam. Drone canggih dan mahal itu akhirnya jatuh dan memicu ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat. Sebenarnya, apa informasi yang dimiliki drone pengintai sekaligus penyerang itu?

Fungsi utama MQ-9 Reaper adalah mengumpulkan informasi intelijen dan di saat yang sama bisa menyerang target sensitif dengan presisi. Ia bisa membawa rudal mematikan Hellfire sampai 16 unit. MQ-9 Reaper dapat terbang setinggi 15 kilometer dan mondar mandir di sekitar target incaran. Dua pilotnya berada di Amerika Serikat, aman dari bahaya.

Dikutip detikINET dari Scientific American, Senin (20/3/2023) MQ-9 kemungkinan melaporkan aktivitas maritim Rusia terkait perang di Ukraina ketika dicegat jet Su-27. Saat ini tenggelam di Laut Hitam, pihak Rusia mengklaim punya kemampuan untuk mengambil puing-puing drone itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika berhasil, bisa saja mereka mendapatkan informasi berharga tentang teknologinya atau hal lainnya di drone. Akan tetapi menurut pihak Amerika, tidak ada hal penting yang akan diperoleh Rusia dari MQ-9 yang celaka itu.

"Terkait hal sensitif, kami sudah melakukan langkah mitigasi sehingga kami cukup yakin apa yang tadinya ada value-nya sekarang sudah tidak ada," cetus Jenderal Mark Milley, Chairman Joint Chiefs of Staff. Jadi, kemungkinan AS bisa menonaktifkan atau menghancurkan teknologi drone itu dari jauh.

ADVERTISEMENT

MQ-9 Reaper standar membawa apa yang disebut sistem penargetan multispektral dengan sejumlah sensor visual, khususnya sensor inframerah (IR) dan elektro optik (EO). Ia juga membawa radar Lynx untuk mendeteksi gerakan dan aktivitas di darat. Selain itu, Reaper memiliki struktur pembawa peralatan lain. Bergantung pada misi, alat itu dapat mendukung sensor tambahan atau bom dan misil.

Tapi MQ-9 yang jatuh di Laut Hitam itu tidak dipersenjatai dan hanya membawa perangkat sensor. "Apa yang mungkin didapat Rusia dari pemulihan tergantung pada apa yang dibawa di pesawat," kata David Deptula, mantan Letjen AU AS.

"Jika ada semacam sensor unik di dalamnya, itu akan menjadi satu hal. Mereka mungkin mendapat sesuatu yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Tetapi jika dikonfigurasi dalam mode biasa, dengan sensor muatan EO/IR standar dan radar Lynx, maka tidak ada kerugian yang signifikan (dari AS) jika Rusia mendapatkannya," tambahnya.

Ini bukan pertama kalinya MQ-9 hancur. Pada 2017, Reaper ditembak jatuh di Yaman. Pada 2019 sebuah rudal menjatuhkan MQ-9 di Libya. Ada juga kehilangan lain di atas Suriah pada tahun 2020. "Bagian dari MQ-9 telah dieksploitasi dan dibagikan pada tahun-tahun sebelumnya," kata Deptula.

Militer AS sendiri juga memikirkan cara untuk mengambil kembali drone itu. Akan tetapi dipastikan usaha mencari puing-puing MQ-9 Reaper akan sangat sulit dan memerlukan teknologi tinggi. AS tentunya tahu pasti di mana drone itu berada, kabarnya di kedalaman sekitar 1.200 meter atau bahkan lebih.




(fyk/fay)