Magma terlihat menempuh jalur tak biasa di bawah gunung berapi. Pengetahuan baru ini mengungkap informasi tentang mekanisme yang mendasari letusan.
Sebuah studi yang dilakukan para peneliti di Imperial College London, menunjukkan bahwa magma yang naik dan dimuntahkan tidak selalu mengikuti rute tercepat dan paling langsung untuk mencapai permukaan gunung berapi.
Penelitian ini dapat memberikan beberapa wawasan tentang alasan mengapa beberapa gunung berapi lebih aktif daripada yang lain dan mengapa aktivitas gunung berapi berubah seiring waktu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika dua lempeng tektonik bertabrakan, lempeng yang lebih padat dapat tenggelam di bawah (atau subduksi) lainnya dan terjun antara 10 dan 100 kilometer jauhnya ke dalam mantel Bumi.
Kondisi yang keras ini memaksa air serta zat volatil lainnya terperangkap. Cairan tersebut membuat komponen penting dari magma di busur vulkanik seperti yang ditemukan di Cincin Api Pasifik.
Namun, rute cairan ini melalui interior Bumi, dari lempeng subduksi ke busur vulkanik, perlu dipahami dengan lebih baik.
Di mana magma meletus?
Tim menggunakan seismometer dasar laut untuk mengumpulkan data seismik (gempa bumi) dari zona subduksi di Karibia Timur. Daerah ini memunculkan pulau vulkanik Antillen Kecil.
Mereka menggunakan pendekatan dengan melihat gelombang yang dihasilkan oleh gempa. Gelombang ini melambat atau mempercepat saat melewati berbagai material. Selain itu, gelombang juga mengalami perubahan energi.
Mengetahui bahwa batuan panas dan cair sangat 'melemahkan' (atau menyerap), para peneliti menggunakan pemahaman ini untuk mengidentifikasi lokasi magma berada di kedalaman. Mereka kemudian menggunakan data ini untuk membuat model 3D bawah permukaan yang tepat.
Tidak seperti biasanya, penyelidikan menemukan bahwa zona atenuasi seismik terkuat dipindahkan secara lateral dari bawah gunung berapi.
Peta tersebut mengarahkan para peneliti untuk menyimpulkan bahwa ketika air dipaksa menjauh dari lempeng subduksi, ia terseret lebih dalam, mencairkan mantel di bawah front vulkanik.
Setelah itu, peleburan berkumpul di dasar pelat underriding, kemudian dipindahkan kembali ke busur vulkanik.
"Pandangan ilmiah dalam subjek yang banyak diperdebatkan ini secara tradisional jatuh ke dalam dua area. Beberapa percaya lempeng subduksi sebagian besar mengontrol lokasi gunung berapi berada, dan beberapa berpikir lempeng di atasnya memainkan peran terbesar," kata penulis utama studi Dr. Stephen Hicks, dikutip dari Interesting Engineering.
"Tetapi dalam penelitian kami, kami menunjukkan bahwa interaksi dua kekuatan pendorong ini selama ratusan juta tahun adalah kunci untuk mengendalikan di mana letusan terjadi saat ini," ujarnya.
Hicks juga menyoroti bahwa penelitian tim memberikan informasi penting tentang mekanisme yang mendasari letusan gunung berapi. Informasi ini dapat meningkatkan pemahaman tentang pembentukan dan penambahan reservoir magma di bawah gunung berapi.
Makalah tersebut diterbitkan di Science Advances pada 1 Februari dan merupakan hasil kolaborasi internasional antara ilmuwan dari Inggris, Amerika Serikat, Jerman, dan Trinidad.
(rns/rns)