Letusan Gunung Berapi Purba Sebabkan Kepunahan Terparah

Letusan Gunung Berapi Purba Sebabkan Kepunahan Terparah

ADVERTISEMENT

Letusan Gunung Berapi Purba Sebabkan Kepunahan Terparah

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 02 Feb 2023 10:15 WIB
Letusan gunung berapi
Letusan Gunung Berapi Purba Sebabkan Kepunahan Terparah. Foto: Science Alert
Jakarta -

Hubungan antara letusan gunung berapi purba dan peristiwa kepunahan paling parah yang pernah ada di dunia semakin kuat berkat sebuah temuan terbaru.

Analisis baru isotop merkuri memberi bukti bahwa seperempat miliar tahun yang lalu, tempat-tempat yang sangat jauh di Belahan Bumi Selatan diselimuti puing-puing dari letusan gunung berapi di Siberia.

Apa yang disebut Great Dying atau Kematian Besar, juga disebut peristiwa kepunahan massal Permian-Trias, terjadi ketika sebagian besar kehidupan musnah diselimuti langit yang dipenuhi abu.

Meskipun sudah jelas peristiwa ini berakhir dengan hilangnya lebih dari 90% spesies laut dan lebih dari 70% vertebrata darat, pemahaman kita tentang bagaimana peristiwa kematian terbesar di Bumi terjadi tetap menyisakan misteri.

Dengan menyatukan jejak-jejak kimiawi yang terperangkap dalam bebatuan dan sedimen laut, para ahli geosains cukup yakin bahwa serangkaian letusan gunung berapi melepaskan perubahan dramatis di atmosfer Bumi dan lautan yang pada akhirnya membuat hewan mati lemas.

Namun peristiwa kepunahan dengan skala sebesar Great Dying juga membutuhkan kasus yang cukup solid sebelum ahli geosains dapat mengatakan dengan pasti apa penyebabnya, dan kapan itu terjadi. Mereka menggali ke masa sekitar 252 juta tahun.

Dalam penelitian sebelumnya, seng dan nikel digunakan untuk menghubungkan perubahan kimia laut dengan vulkanisme masif dan hilangnya kehidupan laut. Tetapi unsur-unsur ini didaur ulang di permukaan Bumi, tidak seperti isotop merkuri yang menawarkan sinyal aktivitas vulkanik yang jauh lebih stabil.

Juga, banyak penelitian tentang peristiwa kepunahan massal ini berfokus pada situs-situs dari Belahan Bumi Utara, sehingga sulit untuk memahami dampak vulkanisme di bagian bawah Bumi. Ini penting karena semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa Great Dying bukanlah satu peristiwa mematikan, tetapi terdiri dari beberapa episode kepunahan yang terjadi dalam gelombang lebih dari seratus ribu tahun.

Jadi, paleoclimatologist Jun Shen dari China University of Geosciences dan rekannya mulai mendeteksi isotop merkuri dalam endapan batuan di dua lokasi Belahan Bumi Selatan, yakni Cekungan Karoo di Afrika tengah-selatan dan Cekungan Sydney di pantai timur Australia.

Pada masa Great Dying, cekungan-cekungan itu bersatu dalam satu superbenua yang disebut Pangaea, namun sekarang terpisah sekitar 10.000 kilometer dan samudra Hindia. Di dalamnya, para peneliti menemukan pola yang hampir identik: isotop merkuri memuncak sekitar akhir Permian.

Bukti ini, dari situs terestrial terjauh dari Siberian Traps hingga saat ini, aliran lava raksasa yang dibentuk oleh gunung berapi akhir zaman tersebut, menunjukkan bahwa merkuri diledakkan dari gunung berapi di Belahan Bumi Utara dan menyapu seluruh dunia, kata peneliti.

"Ternyata emisi vulkanik merkuri memiliki komposisi isotop merkuri yang sangat spesifik yang terakumulasi di cakrawala kepunahan," jelas penulis studi dan ahli geologi University of Connecticut, Tracy Frank, dikutip dari Science Alert.

"Mengetahui usia endapan ini, kita dapat secara lebih pasti mengaitkan waktu kepunahan dengan letusan besar di Siberia ini," ujarnya.

Pekerjaan mereka sejalan dengan sinyal dari isotop belerang yang bertepatan dengan Great Dying, dan juga didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan kepunahan massal mulai terjadi di darat hingga 600 ribu tahun sebelum kehidupan laut tersedot dan sebagian besar hilang.

"Ini menunjukkan bahwa peristiwa itu sendiri bukan hanya satu pukulan besar yang terjadi secara instan," jelas Christopher Fielding, ahli geologi lainnya di University of Connecticut.

"Itu bukan hanya satu peristiwa yang sangat buruk di Bumi, dan ini memberi hasil baru karena menunjukkan vulkanisme adalah akar penyebabnya," sambungnya.

Para peneliti mengakui bahwa menentukan penyebab langsung dari Great Dying tidak mudah dilakukan. Gumpalan abu dari letusan gunung berapi di China selatan juga terlibat dalam 'pembantaian' tersebut, selain Perangkap Siberia.

Mungkin pesan yang lebih menonjol untuk diingat adalah kerapuhan kehidupan di planet yang saat ini berada di bawah tekanan perubahan iklim yang sama, yaitu meningkatnya suhu Bumi dan panas dari gas rumah kaca.

[Gambas:Youtube]



(rns/afr)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT