Ilmuwan Peringatkan Ancaman Virus Corona Unta di Piala Dunia 2022
Hide Ads

Ilmuwan Peringatkan Ancaman Virus Corona Unta di Piala Dunia 2022

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 29 Nov 2022 09:15 WIB
Ilustrasi unta
Ilmuwan Peringatkan Ancaman Unta Bawa Virus Corona Unta di Piala Dunia Qatar 2022. Foto: Thinkstock
Jakarta -

Ilmuwan memperingatkan turnamen Piala Dunia Qatar 2022 menimbulkan potensi risiko penyakit menular. Selain COVID-19 dan cacar monyet yang menjadi kekhawatiran utama, mereka juga mewanti-wanti ancaman virus Corona ditularkan dari unta.

Perhelatan Piala Dunia 2022 pada 20 November hingga 18 Desember 2022 akan membuat sekitar 1,5 juta orang dari berbagai benua berbondong-bondong ke Qatar untuk menyaksikannya secara langsung. Piala Dunia 2022 menjadi salah satu acara internasional terbesar yang digelar sejak awal pandemi COVID-19.

Pertemuan massal seperti ini, selalu menimbulkan semacam risiko penyakit menular. Namun para peneliti dalam sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal New Microbes and New Infections, berpendapat bahwa ancaman tersebut sangat tinggi tahun ini mengingat krisis kesehatan yang sedang berlangsung yang melanda dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbarengan dengan kekhawatiran akan COVID-19 dan cacar monyet yang belum mereda, para peneliti juga menyoroti ancaman Middle East Respiratory Syndrome (MERS), penyakit yang menginfeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh suatu subtipe baru dari virus Corona.

Kekhawatiran serupa disampaikan lewat laporan European Centre for Disease Prevention and Control yang juga memperingatkan adanya potensi ancaman penyakit termasuk COVID-19, MERS-CoV, dan cacar monyet selama Piala Dunia 2022.

ADVERTISEMENT

Sama seperti COVID-19, MERS disebabkan oleh virus Corona. Virus Corona dipercaya berasal dari kelelawar, namun unta adalah reservoir umum patogen dan sering menjadi hewan yang menularkan virus pada orang yang terinfeksi. Biasanya, gejalanya mirip dengan COVID-19, seperti demam, batuk, dan sesak napas.

Dikutip dari IFL Science, MERS pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Arab Saudi dan sejak itu menyebabkan 2.600 kasus dengan 935 kematian terkait di 27 negara berbeda.

Sebagian besar kasus memang ada di Arab Saudi dengan 2.193 kasus dilaporkan dan 854 kematian. Namun, ada sejumlah kecil kasus namun signifikan di tempat lain di Timur Tengah, termasuk Qatar.

Qatar yang berpenduduk 2,9 juta jiwa, telah mengalami total 28 kasus MERS. Pada tahun 2022 saja, mereka telah mendokumentasikan tiga kasus. Kedengarannya memang tidak banyak, namun para peneliti berpendapat bahwa orang yang berisiko terkena penyakit, seperti orang dengan sistem kekebalan yang lemah, harus waspada terhadap risiko tersebut dan sebisa mungkin menghindari kontak dengan unta.

"Data epidemiologis dari Qatar menunjukkan terjadinya 28 kasus MERS (kejadian 1,7 per 1.000.000 penduduk) dan sebagian besar kasus memiliki riwayat kontak dengan unta," kata penulis penelitian.

"Dengan demikian, orang dengan risiko lebih besar terkena penyakit parah disarankan untuk menghindari kontak dengan unta dromedaris, minum susu unta mentah, atau makan daging yang belum dimasak dengan benar," kata mereka.




(rns/afr)