Gara-gara Plastik, Virus Jadi Bisa Bertahan Hidup di Air Tawar
Hide Ads

Gara-gara Plastik, Virus Jadi Bisa Bertahan Hidup di Air Tawar

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 29 Jun 2022 09:15 WIB
Virus Corona terbaru atau Sars-Cov-2 yang menjadi penyebab COVID-19 memang berbahaya. Tapi tampilannya di bawah mikroskop bisa sangat bertolak belakang.
Ilustrasi virus. Foto: NIAID
Jakarta -

Penelitian menunjukkan, virus usus seperti rotavirus dapat bertahan hidup dengan menempel pada mikroplastik, partikel kecil plastik yang panjangnya kurang dari 5 mm.

Virus yang menyebabkan diare dan gangguan perut ini akan tetap menular selama mereka masih bisa bertahan, dan berpotensi memunculkan risiko kesehatan. Demikian temuan peneliti University of Stirling di Skotlandia.

"Kami menemukan bahwa virus dapat menempel pada mikroplastik dan memungkinkan mereka bertahan di air selama tiga hari, mungkin lebih lama," kata Prof Richard Quilliam, peneliti utama proyek di Stirling University, dikutip dari The Guardian, Rabu (29/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian sebelumnya telah dilakukan di tempat yang steril, ini adalah penelitian pertama tentang bagaimana virus berperilaku di lingkungan. Namun Quilliam menggunakan metode laboratorium standar untuk menentukan apakah virus yang ditemukan pada mikroplastik dalam air dapat menular.

"Kami tidak yakin seberapa baik virus dapat bertahan hidup dengan 'menumpang' pada plastik di lingkungan, tetapi mereka bertahan dan tetap menular," katanya.

ADVERTISEMENT

Temuan ini melihat bagaimana plastik mengangkut bakteri dan virus, menyimpulkan bahwa mikroplastik memungkinkan transfer patogen di lingkungan. Laporan ini dimuat dalam makalah ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Pollution.

"Menular di lingkungan selama tiga hari, itu cukup lama untuk berpindah dari tempat pengolahan air limbah ke pantai umum," kata Quilliam.

Ia menambahkan, instalasi pengolahan air limbah tidak dapat menangkap mikroplastik. Bahkan jika instalasi pengolahan air limbah melakukan segala cara untuk membersihkan limbah, air yang dibuang masih memiliki mikroplastik di dalamnya, yang kemudian diangkut ke sungai, ke muara dan berakhir di pantai.

"Partikel plastik ini sangat kecil sehingga bisa ditelan oleh perenang. Kadang-kadang mereka terdampar di pantai sebagai pelet berwarna cerah yang mungkin diambil anak-anak dan dimasukkan ke dalam mulut mereka. Tidak perlu banyak partikel virus untuk membuat Anda sakit," kata Quilliam.

Dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia memang dipastikan. Namun yang jelas, jika potongan mikroplastik itu 'ditumpangi' oleh patogen manusia, maka itu bisa menjadi risiko kesehatan yang signifikan.

Para peneliti menguji dua jenis virus yang memiliki selubung di sekelilingnya, atau semacam lapisan lipid seperti virus flu, dan yang tidak memiliki selubung seperti rotavirus dan norovirus.

Mereka menemukan bahwa pada virus yang memiliki lapisan, selubung itu dapat larut dengan cepat dan virus mati. edangkan mereka yang tidak memiliki selubung, berhasil mengikat mikroplastik dan bertahan.

"Virus juga dapat mengikat permukaan alami di lingkungan. Tetapi polusi plastik bertahan lebih lama daripada bahan-bahan itu," kata Quilliam.

Para peneliti menguji virus selama tiga hari, yang bertujuan mempelajari berapa lama mereka dapat tetap menular dalam penelitian selanjutnya.




(rns/fay)