Otak-otak Jenius di Balik Pembangunan Candi Borobudur
Hide Ads

Eureka!

Otak-otak Jenius di Balik Pembangunan Candi Borobudur

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 28 Jun 2022 15:45 WIB
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah
Sejarah Candi Borobudur, Dibangun Oleh Siapa? (Foto: dok. Borobudurpark/Instagram)
Jakarta -

Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, merupakan kuil Buddha terbesar di dunia sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia. Bangunan ini juga salah satu mahakarya budaya kebanggaan Indonesia.

Candi Borobudur dibangun atas titah Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra tahun 824 dan selesai pada masa Ratu Pramudawardhani. Ilmuwan-ilmuwan Belanda seperti NJ Krom mencatat legenda lokal yang menyebutkan nama Gunadharma sebagai arsitek Candi Borobudur.

Dalam live streaming Eureka! Rahasia Borobudur, detikINET menghadirkan Brahmantara selaku pakar pengkaji dan pelestari Borobudur. Dia menyebutkan, di balik berdirinya Borobudur yang masih bisa dilihat hingga generasi sekarang, ada proses panjang dan peristiwa penting.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam berbagai literatur sejarah, Candi Borobudur dibangun sekitar abad 7-9 Masehi pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra. Arsitek asal Prancis Jacques DumarΓ§ay yang terlibat dalam pemugaran Angkor Wat (Kamboja), memprediksi bahwa konstruksi Borobudur dibangun selama kurang lebih tujuh puluh lima tahun dengan lima tahapan besar," ujarnya.

Hingga sekarang pun, kata Brahmantara, masih banyak pertanyaan terkait karya monumental ini yang belum terjawab. Sejumlah studi memperkirakan bagaimana Borobudur dibangun, siapa otak utama di balik pembangunan ini, dan bermacam misteri lainnya.

ADVERTISEMENT

"Material dasar batunya sendiri diperkirakan dari batuan andesit dari Gunung Merapi. Ada beberapa riset tentang bagaimana transportasi sampai ke area candinya, banyak pertanyaan yang hingga sekarang belum terjawab," kata Brahmantara.

Jika menengok perkiraannya bahwa pembangunan Candi Borobudur membutuhkan waktu 75 tahun, sebut Brahmantara, pendirian bangunan ini melibatkan beberapa generasi. Diperkirakan pembangunan ini melibatkan ribuan orang dengan berlapis-lapis proses pembangunan.

"Secara pasti memang kita belum tahu berapa jumlah perkiraan orang. Tapi ini membutuhkan banyak sekali orang mungkin ratusan bahkan ribuan karena proses yang dilakukan untuk mendirikan Borobudur di awal tidak langsung pada aspek teknis tapi ada juga unsur non teknis seperti ritual yang harus dilakukan terlebih dahulu kemudian semacam upacara adat dan sebagainya. Itu menjadi satu kesatuan dan kami pun membayangkan bahwa ini karya yang sangat luar biasa," jelas Brahmantara.

Yang lebih mengagumkan dan memancing rasa penasaran, bisa dipastikan bahwa sumber daya manusia (SDM) yang membangun Borobudur bukan orang-orang sembarangan. Apalagi jika mengingat teknologi konstruksi kuno belum seperti zaman sekarang. Bisa dipastikan bahwa dibutuhkan otak-otak yang jenius untuk membangun Candi Borobudur.

"Kita melihatnya sebagai sebuah manajemen proyek yang luar biasa. Secara detail semua pekerja dimobilisasi dan hasilnya hampir sama semua kualitasnya setiap pahatan, secara geometri, dan presisi," kata Brahmantara kagum.

"Tak hanya jumlah orangnya, kita membayangkan bahwa saat itu, assessment kompetensi SDM-nya oleh seseorang atau semacam bagian HRD-nya luar biasa. Kemampuan kompetensi, tingkat kepandaian mereka yang memahat misalnya itu mempunyai kompetensi yang sama," imbuhnya.

Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan pada 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran (perbaikan kembali). Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun waktu 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.

Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan. Setiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Pada 11 Februari 2022, pemerintah meresmikan status Candi Borobudur kembali sebagai tempat peribadatan umat Buddhis di Indonesia dan dunia.




(rns/fay)