Gunung Everest Ternyata Terus Tumbuh Menjulang, Sampai Kapan?
Hide Ads

Gunung Everest Ternyata Terus Tumbuh Menjulang, Sampai Kapan?

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 20 Mei 2022 12:30 WIB
Gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest, tercatat bertambah tinggi 86 centimeter dibanding sebelumnya.
Gunung Everest Masih Terus Tumbuh Menjulang, Sampai Kapan? Foto: Getty Images
Jakarta -

Gunung Everest, yang dinobatkan sebagai puncak tertinggi dunia, masih tumbuh beberapa milimeter lebih tinggi menjulang ke angkasa setiap tahun. Ini menimbulkan pertanyaan menarik, sampai seberapa tinggi Gunung Everest bisa tumbuh?

Di planet lain di Tata Surya kita, banyak gunung lain yang membuat gunung-gunung di Bumi tampak kerdil. Ilmuwan mencari tahu apakah besar dan tinggi gunung di Bumi memiliki batasan.

Gunung Everest menjulang 8.848,86 meter di atas permukaan laut, menurut survei gabungan resmi terbaru yang dilakukan China dan Nepal, dua negara tempat rangkaian pegunungan Himalaya berdiam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi, Everest bukan satu-satunya raksasa di pegunungan ini. Sebanyak 10 dari 14 puncak dunia dengan ketinggian lebih tinggi dari 8.000 m di atas permukaan laut, dapat ditemukan di pegunungan Himalaya.

Ahli geologi dan manajer program senior National Geographic Society di Amerika Serikat Aurora Elmore mengatakan, Everest ada di antara "raksasa-raksasa" Himalaya lainnya.

ADVERTISEMENT

"Jika Anda pernah terbang di atas Greenland atau Pegunungan Rocky di Kanada, Anda dapat melihat gunung-gunung besar, tetapi Himalaya berada di level lain," kata Elmore seperti dikutip dari BBC.

Dikelilingi oleh begitu banyak puncak besar lainnya, apakah mungkin menganggap Everest sebagai "monster"? Elmore tampak ragu-ragu sebelum menjawab.

"Ini seperti mencoba memberi tahu orang yang paling tinggi di tim bola basket," katanya akhirnya.

"Mereka semua tinggi, tapi mana yang paling sedikit lebih tinggi?," imbuh Elmore.

Puncak tertinggi

Sejarah pengukuran gunung tertinggi di dunia itu dimulai pada tahun 1852. Di tahun yang sama, di Eropa, Charles Dickens menerbitkan serial novelnya bertajuk Bleak House.

Sementara itu, Amerika Utara telah mulai menguji mesin pemadam kebakaran bertenaga uap pertamanya. Di Asia, ketinggian Gunung Everest masih menjadi misteri sehingga hanya dikenal sebagai "Puncak XV".

Radhanath Sikdar, seorang matematikawan India, dipekerjakan oleh Inggris untuk mengerjakan Great Trigonometrical Survey mereka. Mereka ingin mengumpulkan gambaran geografis yang lebih akurat tentang wilayah yang mereka duduki sehingga mereka dapat mengontrolnya secara lebih efektif, baik untuk tujuan perdagangan atau militer.

Menggunakan trigonometri, Sikdar mengukur sudut horizontal dan vertikal puncak Everest dari puncak gunung lain yang posisi dan ketinggiannya sudah diketahui.

Dengan melakukan itu, dia membuat penemuan penting: gunung tertinggi yang pernah tercatat. Menurut perhitungannya, gunung itu memiliki ketinggian 8.839,8 meter.

Meskipun teknologi di balik pengukuran gunung sudah lebih maju sejak tahun 1850-an, perhitungan Sikdar sangat akurat, hanya berbeda sembilan meter dari ketinggian resmi terbaru.

Terlepas dari temuan Sikdar, gunung itu akhirnya dinamai sesuai nama bos Sikdar, surveyor Inggris Sir George Everest, yang telah pensiun beberapa tahun sebelum penemuannya.

Sejak saat itu, tim terus bekerja untuk memahami ketinggian Gunung Everest. Pada tahun 1954, sebuah survei India menetapkan Gunung Everest setinggi 8.848 meter, sebuah angka yang diakui oleh pemerintah Nepal. Tapi kemudian, pada tahun 2005, China mengukur tingginya 8.844,43 meter hampir empat meter lebih rendah.

Pada tahun 2020, tim dari China dan Nepal bersama-sama menyepakati ketinggian baru yang diterima secara resmi, yakni 0,86 meter lebih tinggi dari hasil perhitungan survei India.

Sementara perbedaan ketinggian ini sebagian disebabkan oleh kemajuan teknologi pengukuran yang tersedia untuk surveyor, ada juga beberapa faktor politik yang terlibat.

China dan Nepal secara historis telah lama memperdebatkan apakah ketebalan salju di puncak harus dimasukkan dalam pengukuran atau tidak. Tetapi kita tidak boleh mengabaikan bahwa Everest juga tumbuh sedikit lebih tinggi setiap tahun.

Selanjutnya: Akankah Everest terus tumbuh?

Akankah terus tumbuh?

Melihat di luar planet kita sendiri, kita dapat melihat contoh betapa besar pertumbuhan sebuah gunung. Olympus Mons, sebuah gunung berapi di Mars, menjulang setinggi 21 km ke langit dan membentang seluas 624 km.

Ini kira-kira seukuran negara bagian Arizona di Amerika Serikat. Karena gravitasi di Mars lebih lemah daripada di Bumi, dan karena Mars tidak memiliki lempeng tektonik yang bergeser dan bertabrakan di bawah permukaan, aliran lahar yang mengalir keluar dari gunung berapi Mars di masa lalu planet ini mampu tumbuh menjadi proporsi yang mengerikan.

Bisakah Everest menjadi raksasa serupa? Pada 1980-an, seorang peneliti di Laboratorium Cavendish di Cambridge, Inggris, mencoba memperkirakan batas seperti itu di Bumi, dengan mempertimbangkan kekuatan gravitasi dan kekuatan batuan yang mendasari gunung.

Perhitungan, yang membuat "tidak ada presensi terhadap geofisika yang serius" memperkirakan ketinggian maksimum teoritis dari pegunungan dengan dasar batuan granit seperti Gunung Everest, menjadi 45 km di Bumi.

Namun menurut Rachel Headley, seorang profesor geosains di University of Wisconsin-Parkside, ada sejumlah hambatan selain dari cuaca planet kita yang tiada henti.

"Sebagai permulaan, gunung akhirnya akan kehabisan kekuatan tektonik, dan kemudian akan berhenti tumbuh", katanya.

Para ilmuwan percaya bahwa pada akhirnya mantel Bumi akan mendingin sedemikian rupa sehingga pergerakan lempeng tektonik di seluruh planet akan berakhir. Sampai saat itu, gempa Bumi dan tanah longsor juga akan mengikis gunung tersebut.

"Pada titik tertentu, (gunung) menjadi sangat curam sehingga tidak stabil dan bongkahan mulai berjatuhan," kata Elmore.

Dengan angin, salju, dan es yang menerjang, memecahkan dan membelah batu, Everest tidak mungkin mencapai ukuran gunung yang ada di Mars.

"Kita memiliki sistem cuaca kita, dan cuaca sangat bagus dalam menciptakan kekuatan erosi," kata Headley.

"Pada dasarnya, fakta bahwa kita memiliki air, baik dalam bentuk es atau salju, atau hanya hujan, itulah yang benar-benar dapat membatasi pertumbuhan gunung," jelasnya.

Untuk saat ini, tinggi Everest terus merayap naik, sedikit demi sedikit, sementara kekuatan lain mencoba meruntuhkannya. Tim Elmore pada 2019 menemukan bahwa pemanasan global adalah salah satunya kekuatan itu, mendorong penipisan salju dan es yang cukup besar di hulu gunung dalam beberapa dekade terakhir dan menyingkap lebih banyak batuan gundul terhadap dampak erosi dari cuaca.

Everest juga bukan gunung dengan pertumbuhan tercepat di planet kita. Pesaing terdekat untuk posisi teratas mungkin adalah Gunung Nanga Parbat, tetangga Everest yang terletak di pegunungan Himalaya yang terletak di Pakistan, dengan tinggi 8.126 meter dan tumbuh 7 mm per tahun.

Dalam 241.000 tahun gunung itu bisa menyalip Everest menjadi gunung tertinggi di Bumi, asalkan tingkat erosi tidak berubah. Lainnya, seperti di Pegunungan Alpen di Swiss, gunung juga berkembang pesat berkat ketidakseimbangan jumlah erosi yang terjadi.

Para ilmuwan menemukan bahwa pengangkatan gunung ini lebih dari 50 kali lebih cepat daripada efek negatif dari erosi di sini. Tetapi Pegunungan Alpen Swiss jauh lebih pendek daripada Gunung Everest dan sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa pegunungan di sana saat ini tumbuh 2-2,5 mm per tahun.

Sementara itu, Everest mempertahankan daya pikatnya sebagai gunung yang paling ekstrem dari apa yang dapat ditemukan dan bertahan di Bumi. Reputasinya sebagai puncak tertinggi di planet kita terus menarik para pendaki dari seluruh dunia, meski ketinggiannya terus bergeser.