Ukraina khawatir Rusia akan memakai senjata nuklir taktis terhadap mereka dalam invasi Rusia ke Ukraina. Analisa terakhir CIA meragukannya, meskipun teknologi nuklir Rusia memang bukan main-main.
Direktur CIA William Burns mengatakan kepada Financial Times pada hari Sabtu bahwa hasil dari intelijen AS menyebutkan tidak ada bukti praktis bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina. Namun, Putin tidak mau kalah untuk itu AS harus tetap fokus pada potensi ancaman nuklir.
"Kami tidak melihat sebagai komunitas intelijen, bukti praktis pada titik ini bahwa Rusia berencana memakai senjata nuklir taktis," kata Burns dilansir dari Russia Today, Minggu (8/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, adalah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang mengatakan Rusia akan memakai senjata nuklir. Pernyataan ini yang bikin negara-negara Barat menjadi khawatir. Apakah Zelensky berlebihan?
Bantahan juga disampaikan Kremlin. Mereka mengatakan pihaknya tidak akan memakai senjata nuklir ke negara tetangga.
"Rusia patuh pada prinsip bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir dan itu tidak boleh digunakan," kata Jubir Kemlu Rusia, Alexei Zaitsev.
Dari sisi teknologi, kemampuan nuklir Rusia memang tidak main-main. Rusia memiliki lebih dari 700 hulu ledak nuklir. Jika ada serangan nuklir ke Rusia atau jika ada ancaman nuklir terhadap negara Rusia, mereka akan membalasnya.
Tidak seperti jenis hulu ledak yang dipasang pada Rudal Balistik Antarbenua, senjata nuklir taktis lebih kecil. Senjata semacam ini adalah perangkat berdaya rendah yang dapat dijatuhkan dari pesawat, dipasang pada rudal jarak pendek atau ditembakkan dari artileri. Ukurannya adalah 1-100 kiloton.
(fay/jsn)