Di YouTube atau di media sosial, banyak orang yang membagikan pengalaman mereka menangkap keberadaan makhluk tak kasat mata. Bisa dibilang, fotografi hantu kini kian menjamur.
Bersama dengan Mickey Oxcygentri Dosen Fotografi Universitas Singaperbangsa Karawang sekaligus Founder Ghost Photography Community (GPC), detikINET mengupas tuntas soal fotografi hantu dalam acara 'Eureka!: Fotografi Hantu', Senin (21/2).
Berikut ini adalah poin-poin menarik seputar kegiatan fotografi hantu:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Teknik yang benar untuk foto hantu
Memotret makhluk halus tidak dianjurkan sendirian. Mickey menyebut harus pula membawa satu orang yang penakut untuk memancing keberadaan makhluk halus dalam tangkapan foto.
Lokasi yang dipilih sebisa mungkin adalah yang jarang dihuni manusia. Gedung kosong yang ditinggal selama bertahun-tahun, misalnya.
Saat masuk ke ruangan, biasanya otak manusia bisa menangkap sendiri sudut yang dirasa ada energi dari hantu. Tunjuk lokasi tersebut dan jepret beberapa kali.
2. Cara mengetahui apakah penampakan di foto asli atau hanya ilusi
Disebutkan sebelumnya kalau hunting foto hantu, maka jepretan harus dilakukan beberapa kali. Ini untuk memastikan ada foto pembanding yang bisa memastikan apakah ini asli atau hanya ilusi optik.
Mickey menjelaskan berhati-hati juga dengan objek yang ditangkap pada kaca karena terkadang distorsi atau pantulan dari benda di bawah/depannya bisa menghasilkan ilusi.
3. Penakut mudah ditampakkan oleh makhluk halus
Di GPC, orang-orang yang penakut punya peranan penting dalam berburu penampakan hantu. Sebab, mereka bisa memancing lebih baik para hantu dengan gelombang otak yang lebih sesuai.
"Orang yang takut itu mudah tersugesti. Hantu menangkap energi takut dari seseorang dan menampakkan wujudnya. Kalau kamu tersugesti kepikiran kuntilanak, maka si partner yang motret akan menangkap gambar kuntilanak. Jadi hantu itu wujudnya seperti apa yang kita bayangkan," jelas Mickey.
Untuk menangkap foto hantu, rumusnya adalah E=BW. E adalah energi dan BW adalah brain wave atau gelombang otak. Setiap manusia memiliki getaran otak yang disebut brain wave yang akan naik turun pada level-level tertentu.
"Jadi ada beberapa tingkatan gelombang, yang pertama adalah gamma yaitu ketika seseorang panik, galau. Kemudian ada gelombang beta. Ketika seseorang ditanya, merespons dia berada di gelombang beta artinya sedang fokus," terang Mickey.
Di bawah gelombang beta adalah gelombang alpha. Ini adalah kondisi ketika kita sudah lelah. Dalam kondisi ini, orang mudah tersugesti macam-macam dan benturan dengan energi-energi lain.
"Orang penakut itu berada di gelombang alpha. Ketika kita berkomunikasi dengan normal, kita masih fokus, masih fit. Ketika di atas jam 9 malam misalnya, mungkin sudah lelah, nah itu adalah kondisi di mana kita menggunakannya untuk berburu foto hantu," ujarnya.
4. Kamera untuk menangkap foto hantu
Tidak ada kamera khusus, tetapi dianjurkan memakai kamera digital karena memiliki resolusi yang lebih tinggi. Selain itu, kamera digital (bukan kamera smartphone) memiliki jarak flash dan lensa yang jauh sehingga distorsi debu bisa dihindari.
Distorsi debu menurut GPC adalah alasan dari fenomena orbs, benda bulat yang muncul pada foto dan kerap diyakini sebagai tanda adanya hantu.
5. Apakah harus indigo untuk bisa menangkap hantu?
"Jawabannya nggak," kata Mickey. Menurut penjelasan Mickey, secara alamiah, manusia memiliki pasang surut adrenalin, jadi tidak harus indigo untuk bisa menangkap foto hantu. Gelombang otak pun memainkan peran.
Ia menjelaskan ada sejumlah gelombang, yakni gamma yang biasanya berada untuk orang-orang yang sedang sedih atau galau, sadar dan fokus berada di gelombang otak beta, alpha mulai di kondisi lemah, delta mengantuk berat dan theta saat tidur. Menurut Mickey, hantu terlihat pada gelombang otak delta.
@detikinet Ini kamera yang bisa digunakan untuk motret hantu #SilenceTheAcne #EyHeyMaHamo #fotohantu #fotografihantuindonesia #fotografihantu #fotopenampakan β¬ Creepy horror sound - TOKU SPACE MUSIC(ask/fay)