Ilmuwan China mengatakan mereka telah membuktikan bahwa senjata hipersonik dapat memanfaatkan teknologi 6G untuk komunikasi dan deteksi target. Teknologi ini juga diklaim menjadi jawaban atas sejumlah masalah pemadaman yang kerap terjadi pada tingkat lima kali kecepatan suara.
"Terobosan ini berimplikasi pada efektivitas senjata dan sistem pertahanan, dan dapat mengarah pada peningkatan kritis dalam pertahanan luar angkasa China," kata tim yang dipimpin oleh Profesor Yao Jianquan, salah satu ilmuwan laser terkemuka China, dikutip dari South China Morning Post, Rabu (2/2/2022).
Makalah mereka tentang percobaan itu diterbitkan dalam Journal of National University of Defense Technology. Tim riset di Tianjin mengatakan, mereka telah mencapai penetrasi penuh pada perisai plasma pemblokir sinyal di sekitar senjata hipersonik dengan gelombang elektromagnetik.
Komunikasi senjata hipersonik
Senjata hipersonik kesulitan menjaga komunikasi dengan dunia luar karena terkendala panas, gas terionisasi muncul di permukaannya, dan menghalangi gelombang elektromagnetik. Masalah ini juga menyangkut aplikasi pertahanan karena radar berbasis darat tidak dapat mengidentifikasi dan mengunci target hipersonik di belakang tempat penampungan plasma.
Yao dan rekan-rekannya dari sekolah instrumen presisi dan teknik optoelektronika di UTianjin University telah mengembangkan perangkat laser yang dapat menghasilkan pancaran gelombang elektromagnetik terus menerus dalam pita terahertz, rentang frekuensi antara gelombang mikro dan inframerah yang juga digunakan untuk 6G.
Hasil percobaan di lapangan menunjukkan gelombang terahertz ini dapat dengan mudah masuk dan keluar dari plasma yang dihasilkan oleh senjata hipersonik dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara atau bahkan lebih cepat.
Radiasi Terahertz dapat menembus material. Pemindai seluruh tubuh yang menggunakan teknologi ini telah digunakan di beberapa bandara untuk mendeteksi barang-barang yang tersembunyi di bawah kain.
Selanjutnya: 6G untuk senjata hipersonik