Gambar satelit menunjukkan, China membuat kemajuan substansial dalam membangun ratusan silo (penyimpanan bawah tanah) rudal yang berpotensi digunakan untuk meluncurkan senjata nuklir.
Hal ini disampaikan para peneliti dari Federation of American Scientists (FAS), sebuah organisasi nirlaba yang didirikan oleh para ilmuwan yang mengerjakan bom atom pertama.
"Bagi China, ini adalah penumpukan nuklir yang belum pernah ada sebelumnya," tulis peneliti Matt Korda dan Hans Kristensen dalam studi mereka, seperti dikutip dari Business Insider.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilaporkan pada bulan Juni dan Juli, China tampaknya membangun dua ladang silo rudal di gurun Xinjiang untuk menampung jaringan 229 silo bawah tanah. Silo semacam itu biasanya menampung rudal balistik antarbenua atau senjata jarak jauh yang dirancang untuk mengirimkan muatan nuklir.
"Silo ini akan meningkatkan kapasitas nuklir China menjadi 845 hulu ledak," kata para ilmuwan saat itu.
Kini, setelah menganalisis ratusan citra satelit, para peneliti FAS telah meningkatkan perkiraan jumlah total silo menjadi 300.
Mereka menyebutkan, dengan 300 silo bawah tanah dan sekitar 100 peluncur rudal bergerak, total kekuatan balistik antarbenua China dapat melampaui kekuatan Rusia atau Amerika di masa mendatang.
"Yang menonjol, tentu saja adalah skala dan kecepatannya yang sangat tidak sinkron dengan apa yang telah dilakukan China pada silo rudal sebelumnya," kata Kristensen.
Namun dalam laporan mereka, para peneliti menambahkan tidak ada indikasi mengenai apa yang China rencanakan dengan silo tersebut atau berapa banyak dari mereka yang akan dipersenjatai pada akhirnya.
Para peneliti menganalisis empat area utama di gurun untuk mencari tanda-tanda konstruksi silo. Mereka mengamati struktur dinding silo setengah lingkaran, lubang palka silo, dan apa yang mereka curigai sebagai operasi pemuatan rudal.
"Berdasarkan fitur yang dapat kami periksa pada citra satelit baru, kami semakin yakin bahwa fasilitas tersebut memang silo rudal dan fasilitas pendukung yang sedang dibangun," tulis Kristensen dan Korda.
Para peneliti melihat lusinan tempat penampungan yang menurut mereka digunakan China untuk melindungi silo dari kerusakan lingkungan dan mengaburkan konstruksi dari pandangan udara. Mereka mencatat, sebagian besar tempat penampungan ini sedikit lebih kecil dari ukuran lapangan sepak bola.
"China, yang menerapkan 'no first-use policy' untuk senjata nuklir, belum secara resmi mengkonfirmasi atau menyangkal fasilitas yang diamati sebagai silo," tulis Kristensen dan Korda.
Sementara itu, pakar nuklir China menyangkal laporan tentang pangkalan nuklir yang sedang dibangun, dan seorang ahli lainnya bernama Song Zhongping, mantan instruktur Tentara Pembebasan Rakyat China, mengatakan silo nuklir sudah ketinggalan zaman.
Bulan lalu, Pemerintahan yang berpusat di Beijing itu juga membantah laporan Financial Times yang mengklaim bahwa mereka sedang menguji rudal hipersonik berkemampuan nuklir.
(rns/afr)