Ide Gila! Ilmuwan Mau Bikin Lift ke Luar Angkasa
Hide Ads

Ide Gila! Ilmuwan Mau Bikin Lift ke Luar Angkasa

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 11 Jan 2022 07:50 WIB
Jakarta -

Seiring maraknya perjalanan ke luar angkasa, para ahli terus mencari cara paling mutakhir untuk menuju ke sana. Salah satunya, ide bahwa ke antariksa nantinya tak perlu pakai roket, melainkan tinggal naik lift seperti di gedung pencakar langit. Apa mungkin?

Ide ini sebenarnya sudah lama sekali dipikirkan. Adalah Konstantin Eduardovich Tsiolkovsky, fisikawan Soviet yang dikenal sebagai Bapak Kosmonaut, mengemukakan ide ini pada tahun 1895. Ide tersebut tumbuh di benak banyak sarjana dalam skala global saat itu, yakni membuat lift yang terinspirasi oleh Menara Eiffel, di Paris, Prancis, untuk menghubungkan Bumi dengan luar angkasa.

Dikutip dari Science Focus, butuh 65 tahun lamanya sebelum engineer Rusia Yuri Artsutanov menerima gagasan itu dan memperbaruinya dalam artikelnya To the Universe by Electric Rail.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perjalanan ke alam semesta dengan bantuan roket, penumpang kendaraan itu harus menanggung 'rantai gravitasi', 'akselerasi tinggi' dan 'mesin yang tegang'. Jadi, merancang lift yang sangat tinggi akan mengatasi ketidaknyamanan ini," tulisnya.

Pada tahun 2014, Obayashi Corporation asal Jepang mengumumkan pembangunan lift ruang angkasa. Namun, hasil perhitungan manajemen logistik membuatnya baru akan bernilai di tahun 2050.

ADVERTISEMENT

Lift ini akan terdiri dari "kabel karbon nanotube" dengan luas 96.000 km, pelabuhan darat terapung dengan diameter 400 m dan penyeimbang berbobot 12.500 ton dengan perkiraan biaya USD 9000 juta.

Karena tegangan kabel maksimum pada titik orbit geostasioner (dari barat ke timur) sepanjang 35.786 km di atas khatulistiwa Bumi sangat kuat, pada tahun 2000 diusulkan untuk memasukkan kabel ini ke dalam karbon nanotube, saluran berongga kecil dengan partikel yang saling mengunci. Partikel ini diklaim 20 kali lebih tahan daripada baja.

Peneliti asal Amerika Bradley C. Edwards, telah merancang dan meningkatkan kekuatan kabel ini untuk proyek besar-besaran sehingga dapat menahan serangan mikrosteroid.

Meskipun NASA dengan hati-hati meninjau studinya, lembaga antariksa nasional AS ini sudah menetapkan bahwa lift harus berada di Samudra Pasifik tropis barat, atas alasan anggaran dan risiko terhadap lingkungan.

Ilmuwan dari Obayashi Corp percaya bahwa lift luar angkasa dapat menampung hingga 30 orang di dalam kabin yang digerakkan oleh motor listrik dengan kecepatan 200 km/jam selama delapan hari. Konsep ini juga menaikkan dan menurunkan beban berat dengan menggunakan investasi 100 kali lebih sedikit daripada meluncurkan roket.

Selanjutnya: China Mau Bikin Lift Luar Angkasa Sendiri

Pengujian lift luar angkasa

Tim Raptor dari Nihon University asal Jepang, dipimpin oleh Yoshio Aoki, Profesor di Departemen Teknik dan Instrumen Presisi, berpartisipasi dalam empat European Space Elevator Challenge yang disiapkan oleh Technical University of Munich Jerman, di mana mereka menguji kelayakan struktur mekanis.

"Desain seperti sarang lebah memungkinkan rangka utama dibuat sekosong mungkin, sehingga mengurangi berat hingga 60% sambil mencapai kekakuan yang cukup dan tampilan yang menarik," kata Kaishu Koike, anggota tim Raptor yang bertanggung jawab untuk pemrograman.

Berdasarkan simulasi, para peneliti mencapai kecepatan pendakian 110 km/jam. Mereka mempertahankan efektivitas sistem pengereman dengan menerapkan bobot maksimum. Dengan cara ini, delapan muatan 1,1 kilogram berhasil diangkut.

Menurut Yoshio Aoki, teknik lift ruang transportasi semacam ini baru akan ada mungkin di tahun 2030. Namun, protokol keamanan untuk bencana sudah berupaya dibangun dalam proporsi yang nyata.

China mau buat lift luar angkasa sendiri

Sebagai bagian dari peta jalan untuk misi luar angkasa masa depan ke Mars, pada bulan Juni tahun ini, Wang Xiaojun, Direktur Chinese Academy of Launch Vehicle Technology (CALT), mengintegrasikan pembangunan lift ruang angkasa.

Menurut Global Times, rencana ini terdiri dari tiga langkah: mengirim robot Android untuk mengumpulkan sampel dari lingkungan Mars dan menjelajahi permukaan, misi berpenghuni yang anggotanya membangun pemukiman, dan terakhir memindahkan armada barang melalui lift luar angkasa yang disebut "tangga surga" sebagai titik awal.

Mengangkut barang ke Bulan, misalnya, hanya akan memakan 4% dari biaya peluncuran saat ini. Perbedaannya jelas sangat jauh. Dikutip dari Sina News, China akan melakukan misi berawak pada lima waktu yang berbeda yaitu: 2033, 2035, 2037, 2041 dan 2043.

Meski menjanjikan, konsep lift ke luar angkasa ini masih dianggap belum memungkinkan bagi sejumlah ahli lain, salah satunya fisikawan Marshall Eubanks. Menurutnya, perhitungan yang dilakukan untuk membuat lift ke luar angkasa memang masuk akal, tapi perlu juga memperhitungkan kemungkinan satelit yang mengorbit Bumi dapat menabrak kabel tersebut. Jadi, ide lift ke luar angkasa sepertinya belum akan terwujud dalam waktu dekat.