Pekan lalu pesawat antariksa Parker Solar Probe milik NASA berhasil 'menyentuh' matahari. Saat mengelilingi matahari dengan jarak yang sangat dekat, bagaimana pesawat ini tidak hancur dan terbakar?
Parker Solar Probe terbang menyelami korona yang merupakan bagian atmosfer terluar matahari pada bulan April lalu. Saat itu jarak Parker dengan permukaan matahari adalah 10,4 juta km, menjadikannya objek buatan manusia yang paling dekat dengan matahari.
Membangun wahana antariksa dan instrumen ilmiah yang bisa menahan panas luar biasa dan tetap mengambil data-data penting tentu merupakan sebuah tantangan yang besar. Lalu bagaimana ilmuwan menciptakan wahana yang super tangguh ini?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ilmuwan di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics termasuk salah satu yang membuat dan mengawasi instrumen Parker yang terpapar dengan dunia luar. Instrumen bernama Solar Probe Cup ini berada di luar perisai panas dan terkena plasma matahari.
Anthony Case, ilmuwan instrumen di Harvard-Smithsonian Center mengatakan saat mendekati matahari di bulan April instrumen itu sangat panas sampai warnanya berubah menjadi merah-oranye. Panasnya mencapai 982 derajat Celsius, setara dengan lava vulkanik.
Case mengatakan ada satu hal yang perlu diingat yaitu perbedaan antara temperatur dan panas. Temperatur mengukur seberapa cepat partikel bergerak, sedangkan panas adalah energi yang dipindahkan.
"Kalian bisa merasakan seberapa panas, seberapa cepat mereka bergerak. Itulah bagaimana kita merasakan temperatur," kata Case, seperti dikutip dari Mashable, Minggu (26/12/2021).
"Tapi di luar angkasa, jumlah partikelnya sangat, sangat sedikit. Jadi walaupun panasnya jutaan derajat, ada miliaran kali, atau bahkan miliaran miliar kali lebih sedikit partikel daripada yang ada di udara di Bumi," tambahnya.
Luar angkasa yang vakum berarti tidak banyak partikel yang bisa mentransfer energi dan panas. Yang membuat suhu instrumen meningkat adalah paparan langsung dari matahari.
Material yang digunakan juga tidak kalah penting. Instrumen ini terbuat dari material yang titik leburnya tinggi seperti tungsten, niobium, molybdenum, dan safir. Tungsten saja bisa menahan panas hingga 3.400 derajat Celsius.
Instrumen ini membutuhkan waktu delapan tahun untuk diselesaikan. Saat uji coba di sebuah fasilitas di Prancis, ilmuwan menggunakan ribuan cermin untuk merefleksikan sinar matahari dan memfokuskannya ke area kecil untuk mengetes material di kondisi super panas.
Ilmuwan mengatakan jika instrumen ini tidak akan meleleh jika sudah tidak kuat dengan panas di sekitarnya. Instrumen ini akan langsung menguap ketika terekspos dengan vakum di luar angkasa, mengikuti proses sublimasi.
Instrumen dan elektronik lainnya yang dibawa oleh Parker Solar Probe juga dilindungi oleh perisai panas setebal 11,4 cm. Panel surya yang mentenagai pesawat ini juga memiliki sistem pendingin berupa satu galon air deionisasi yang memiliki titik didih lebih tinggi dari biasanya.
Parker Solar Probe diluncurkan oleh NASA pada tahun 2018. Misi ini bertujuan untuk mempelajari cara kerja matahari dan korona. Sejauh ini Parker sudah mempelajari angin surya dan zigzag magnetik di dalam angin yang disebut sebagai 'switchbacks'.
Parker akan terus mendekati matahari dan menyelam lebih dalam ke atmosfernya untuk mengumpulkan lebih banyak data. Misi ini akan berlanjut hingga tahun 2025, di mana Parker diprediksi akan berjarak 6,1 juta km dari permukaan matahari.
(vmp/rns)