NASA sudah berencana mengirimkan astronaut kembali ke Bulan pada tahun 2024. Tak hanya sampai di situ, mereka juga berencana membangun reaktor nuklir di Bulan.
Hal ini terungkap dari permintaan proposal yang diajukan oleh NASA dan Kementerian Energi Amerika Serikat. Keduanya mencari mitra yang bisa merancang dan mengembangkan reaktor nuklir mini untuk dibawa ke Bulan.
Baca juga: Bagaimana Bulan Terbentuk? |
Reaktor nuklir ini akan menjadi sumber energi untuk misi Artemis yang menandakan kembalinya manusia ke Bulan untuk pertama kalinya dalam 50 tahun. NASA menyiapkan kontrak sebesar USD 5 juta untuk mitra yang terpilih dan reaktor ini harus siap diterbangkan pada 2030.
Reaktor nuklir ini penting untuk mendukung kegiatan astronaut dalam jangka panjang karena mereka tidak bisa hanya mengandalkan sinar matahari. Jika proyek ini berhasil, kemungkinan misi manusia ke Mars juga akan membawa reaktor nuklir.
NASA ingin reaktor ini menggunakan sistem fisi nuklir. Sistem ini menciptakan energi dengan memecah inti atom yang berat menjadi lebih ringan, dan melepaskan energi sebagai produk sampingan.
"Energi dalam jumlah besar akan menjadi kunci untuk eksplorasi luar angkasa di masa depan," kata Associate Administrator Space Technology Mission Directorate NASA Jim Reuter, seperti dikutip dari Gizmodo, Rabu (24/11/2021).
"Saya harap sistem tenaga fisi akan sangat bermanfaat bagi rencana kami untuk arsitektur energi di Bulan dan Mars dan bahkan mendorong inovasi di Bumi," sambungnya.
Baca juga: Ada yang Tahu, Apa Warna Asli Bulan? |
Reaktor nuklir ini akan dibangun di Bumi dan diterbangkan ke Bulan. Untuk itu reaktor ini harus bisa dimuat ke dalam roket dengan tinggi 5,5 meter dan lebar 3,6 meter serta beratnya harus kurang dari 5.987 kg.
NASA mencari reaktor nuklir yang bisa beroperasi tanpa bantuan sinar matahari, bisa mengontrol temperatur agar tetap dingin, dan sistemnya bisa menyediakan energi sebesar 40 kW selama 10 tahun.
Simak Video "Video: NASA Kirim Satelit Lunar Trailblazer untuk Deteksi Air di Bulan"
(vmp/fay)