Catatan sejarah penerbangan antariksa Indonesia pada Oktober 1965 akan lain ceritanya jika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) berhasil melakukan uji terbang roket Kappa II. Sayangnya, gejolak politik di tahun itu meninggalkan cerita sebaliknya.
Gerakan 30 September PKI (G30S/PKI) di tahun 1965 berimbas pada situasi politik yang tidak kondusif yang juga berdampak pada gagalnya uji terbang yang seharusnya dilakukan LAPAN.
Dikutip dari unggahan akun Instagram LAPAN, saat itu, LAPAN berperan sebagai pelaksana harian Depanri atau Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa tersebut menggagalkan peluncuran roket Kappa II yang direncanakan pada Oktober 1965. Alhasil, peluncuran Kappa II harus ditunda dan baru terlaksana 13 tahun kemudian, tepatnya pada 1977-1978, di akhir masa kepemimpinan Raden Jacob Salatun atau RJ Salatun.
Untuk diketahui, Marsda. TNI (Purn.) RJ Salatun adalah salah seorang tokoh dirgantara Indonesia. Salatun menjadi perencana berdirinya LAPAN dan menjadi Menteri Perindustrian Penerbangan pada Kabinet Dwikora III pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Pada Oktober 1967, pasca rusaknya fasilitas Pameungpeuk akibat angin puyuh dan gugurnya perintis industri penerbangan Indonesia Marsekal Muda Udara Nurtanio Pringgoadisuryo pada tahun 1966, pemerintahan saat itu meninjau dan menilai apakah LAPAN perlu dilanjutkan atau tidak.
Peristiwa tersebut menandai awal kevakuman atau terhentinya kegiatan LAPAN di tahun 1965 pasca peluncuran roket Kappa, hingga awal 1971 ketika terpilihnya RJ Salatun menjadi direktur LAPAN ke III.
(rns/rns)