Taliban Ancam Ilmuwan Afghanistan dan Masa Depan Sains
Hide Ads

Taliban Ancam Ilmuwan Afghanistan dan Masa Depan Sains

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 24 Agu 2021 19:38 WIB
Apakah Moskow Akan Bersalaman dengan Taliban di Kabul?
Taliban Ancam Ilmuwan Afghanistan dan Masa Depan Sains. Foto: DW (News)
Jakarta -

Kembali berkuasanya Taliban di Afghanistan memunculkan banyak kekhawatiran, antara lain terkait dengan keselamatan para peneliti, ilmuwan, dan masa depan sains di negara tersebut.

Dikutip dari ScienceMag, Selasa (24/8/2021) salah satu kisah seorang peneliti Afghanistan ini setidaknya bisa menjadi gambaran. Khyber Mashal, bukan nama sebenarnya, mengalami dua kali percobaan pembunuhan oleh Taliban.

Upaya pertama adalah pada tahun 2009, ketika ilmuwan Afghanistan sedang mengerjakan proyek pengembangan untuk Badan Pembangunan Internasional AS di Gardez, sebuah kota di Afghanistan tenggara. Kelompok Taliban menanam bom di bawah kantornya. Mashal selamat pada saat itu karena sedang pergi dalam perjalanan singkat ke Jerman. Sayangnya, lima rekannya sesama peneliti tewas dalam ledakan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian pada Juli 2019, ketika Mashal bekerja untuk Kementerian Pendidikan Afghanistan, seorang pengebom bunuh diri terhuyung-huyung di depan mobilnya di Kabul. "Dia sepertinya mabuk," katanya. Lagi-lagi, untungnya seorang petugas polisi berpikir cepat menangkap pria itu dan melepaskan rompinya yang berisi bahan peledak. Mengapa Taliban begitu ingin membunuhnya?

"Karena mereka antisains. Orang-orang berpendidikan menjadi sasaran karena kami telah mengubah negara dan itu mengganggu mereka," kata Mashal.

ADVERTISEMENT

Afiliasi masa lalunya dengan organisasi di AS membuat Mashal lebih berisiko bahaya. Mashal juga punya rekam jejak pernah meninggalkan Afghanistan bersama istrinya pada Desember 2020 karena mendapatkan beasiswa pendidikan selama setahun di sebuah universitas di Jerman.

Saat ini, setelah Taliban mengambil alih Afghanistan, banyak ilmuwan bergabung melakukan upaya eksodus keluar dari Afghanistan, dan rekan-rekan mereka di luar negeri berusaha membantu.

Nasib Sains di Tangan Taliban

Afghanistan telah menempuh perjalanan panjang sejak Taliban terakhir memerintah dari tahun 1996 hingga 2001. Di bawah kepemimpinan Taliban, kebebasan sipil wanita dirampas dan mereka dengan cepat mengeksekusi para intelektual dan orang-orang yang menentang ideologi Taliban.

Ketika terjadi penggulingan Taliban, institusi pendidikan tinggi Afghanistan berkembang pesat dari hanya segelintir menjadi lebih dari 100. Kaum perempuan pun mendapat kesempatan berkarya dan memasuki angkatan kerja secara massal.

Para pemimpin Taliban saat ini bersikeras bahwa mereka telah memoderasi pandangan mereka. Namun hanya sedikit orang Afghanistan yang mempercayainya. Jejak sejarah memperlihatkan bagaimana suramnya nasib ilmu pengetahuan dan sains di bawah Taliban.

"Potensi kaum perempuan dalam masyarakat Afghanistan akan memudar dan tersingkir," prediksi seorang insinyur dari Universitas Avicenna yang tidak bersedia disebutkan namanya.

"Masa depan sangat suram bagi para sarjana yang tetap tinggal di Afghanistan," kata Mohammad Assem Mayar, pakar pengelolaan air di Universitas Politeknik Kabul yang telah bekerja dengan para ilmuwan di Universitas California, Irvine, dan Survei Geologi AS untuk memodelkan risiko banjir di Afganistan.

Mayar baru-baru ini mendapatkan dukungan dari Stuttgart University di Jerman. Namun rekan-rekannya yang terdampar di Afghanistan takut membayangkan ancaman Taliban.

Seorang insinyur lainnya dari Universitas Avicenna mengatakan, dia dan keluarganya harus meninggalkan apartemen mereka di Kabul awal pekan ini untuk menghindari kejaran Taliban.

"Taliban mendatangi setiap rumah mencari kami. Kami menemukan tempat perlindungan sementara di rumah seorang teman. Enam tahun lalu kami mengajukan permohonan visa AS tetapi masih menunggu keputusan. Saat ini kami mengandalkan rekan-rekan di AS untuk bisa membantu kami keluar dari sini. Kembalinya Taliban berarti 'tidak ada harapan' untuk bertahan hidup di Afghanistan," ujarnya.

Pekan lalu, Afghan Dreamers, tim robotika putri Afghanistan akhirnya bisa dievakuasi dengan selamat dan kini berada di Qatar. Sebelumnya, sembilan anggota Afghan Dreamers ini harus berjuang berhari-hari agar dapat dievakuasi ke tempat yang lebih aman.

Belum diketahui bagaimana ke depannya perjalanan Afghan Dreamers usai dievakuasi. Tetapi, sejumlah universitas di seluruh dunia, termasuk beberapa di AS menawarkan beasiswa kepada tim robotika ini.

Afghan Dreamers menjadi pemberitaan besar di 2017, saat mereka dilarang Taliban pergi ke AS. Dengan perjuangan keras, mereka akhirnya bisa mengikuti kompetisi dan mengharumkan nama Afghanistan dengan menyabet medali perak di ajang FIRST Global Challange di Washington, AS.




(rns/fay)