Elon Musk telah lama bermimpi untuk membangun peradaban manusia di Planet Mars. Tapi impian Musk ini disebut sebagai khayalan yang berbahaya oleh ahli astrofisika asal Inggris Lord Martin Rees.
Seperti diketahui, Musk pertama kali menjabarkan mimpinya untuk membangun koloni di Mars pada tahun 2016. Baru-baru ini CEO SpaceX ini mengatakan kota mandiri di Mars bisa terbentuk tahun 2050 jika prosesnya dimulai lima tahun dari sekarang.
Rees, yang telah menjadi astronomer royal sejak tahun 1995, mengkritik cita-cita Musk saat berbicara dalam panel diskusi di World Government Summit di Dubai. Dalam panel tersebut ia juga berbicara dengan ahli astrofisika Amerika Serikat Neil deGrasse Tyson.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu-satunya alasan manusia pergi ke luar angkasa adalah untuk petualangan. Untuk hidup di Mars tidak akan mudah. Mars memiliki lingkungan yang tidak bersahabat," kata Rees seperti dikutip dari Sky News, Senin (15/3/2021).
"Ide Elon Musk agar satu juta orang menetap di Mars adalah khayalan yang berbahaya. Hidup di Mars tidak lebih baik daripada tinggal di Kutub Selatan atau puncak Gunung Everest," sambungnya.
Tyson juga menambahkan dengan komentar senada. Menurutnya mengirimkan miliaran manusia ke Mars untuk menghindari bencana besar bukanlah sesuatu yang realistis dan lebih baik sumber dayanya digunakan untuk mencegah bencana besar terjadi di Bumi.
"Jauh lebih mudah membuat Bumi kembali menjadi Bumi daripada terraforming Mars," kata Tyson.
Terraforming adalah proses untuk mengubah atmosfer, temperatur atau topografi permukaan planet agar mirip seperti Bumi. Tapi cara ini tidak mudah dan membutuhkan sumber daya yang besar.
Analisis terbaru mengatakan terraforming Mars mungkin akan membutuhkan 3.500 hulu ledak nuklir setiap harinya agar bisa meningkatkan tekanan atmosfer Mars ke level yang ramah untuk manusia dan mencairkan es di permukaan untuk mengeluarkan karbondioksida.
Meski pesimis dengan impian Musk yang ingin tinggal di Mars, Tyson mengatakan eksplorasi luar angkasa merupakan sesuatu yang penting untuk selalu dikejar.
"Tidak ada kekuatan di Bumi sekuat eksplorasi luar angkasa yang mempengaruhi pikiran dan ambisi kita. Berpikir tentang masa depan adalah setengah dari apa yang mendorong masa depan," ucapnya.
(vmp/fay)