Roket Bertenaga Nuklir Bisa Terbangkan Astronaut ke Mars dalam 3 Bulan
Hide Ads

Roket Bertenaga Nuklir Bisa Terbangkan Astronaut ke Mars dalam 3 Bulan

Virgina Maulita Putri - detikInet
Minggu, 07 Feb 2021 06:25 WIB
Roket bertenaga nuklir
Roket Bertenaga Nuklir Bisa Terbangkan Astronaut ke Mars dalam 3 Bulan Foto: USNC-Tech
Jakarta -

NASA berencana mendaratkan manusia di Planet Mars pada tahun 2035. Tapi ada banyak tantangan yang harus dihadapi sebelum mewujudkan misi ini, salah satunya durasi perjalanan ke Mars yang sangat panjang.

Untuk meluncurkan misi tanpa awak ke Mars, seperti saat mengirimkan rover Perseverance, membutuhkan waktu sekitar tujuh bulan. Tapi untuk mengirimkan misi berawak membutuhkan waktu yang lebih panjang, sekitar sembilan bulan.

Untuk itu, ilmuwan berlomba-lomba mengembangkan teknologi yang bisa memperpendek durasi perjalanan ke Mars. Seperti perusahaan Ultra Safe Nuclear Technologies (USNC-Tech) yang merancang roket bertenaga termal nuklir (NTP) yang bisa memotong durasi perjalanan menjadi tiga bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Director of Engineering USNC-Tech Michael Eades mengatakan roket bertenaga nuklir akan jauh lebih kuat dan dua kali lebih efisien dibandingkan mesin yang menggunakan bahan bakar kimia. Artinya mesin ini bisa terbang dengan lebih cepat dan jauh, serta menggunakan lebih sedikit bahan bakar.

"Teknologi nuklir akan memperluas jangkauan manusia melewati orbit rendah Bumi dan memasuki deep space," kata Eades kepada CNN, seperti dikutip detikINET, Minggu (7/2/2021).

ADVERTISEMENT

Sistem NTP menggunakan reaktor nuklir untuk menghasilkan panas dari bahan bakar uranium. Energi termal tersebut digunakan untuk memanaskan bahan bakar cair, biasanya hidrogen cair, yang mengembang menjadi gas dan keluar dari belakang untuk menghasilkan daya dorong.

Teknologi ini tidak hanya akan mempercepat perjalanan astronaut menuju Mars tapi juga menjaga keselamatan mereka. Semakin lama astronaut berada di luar angkasa, semakin besar risiko mereka terpapar radiasi luar angkasa yang bisa menyebabkan beragam masalah kesehatan.

Tapi astronaut masih berisiko terpapar radiasi dari reaktor nuklir yang ada di dalam roket. Eades mengatakan hal ini bisa diatasi dengan menempatkan bahan bakar cair, yang bisa memblok partikel radiasi, di antara mesin dan area awak.

Jarak antara area awak dan reaktor juga bisa menjadi penengah, dan desain NTP akan menempatkan area tinggal di ujung lain roket yang terpisah jauh dari reaktor.

Sayangnya roket bertenaga nuklir tidak bisa meluncur dari landasan pacu di Bumi untuk melindungi orang-orang di sekitarnya. Roket ini harus dibawa oleh roket konvensional ke orbit terlebih dahulu, setelah itu reaktornya baru bisa dinyalakan.

Chief Engineer Space Technology Mission Directorate NASA Jeff Sheehy mengatakan setelah berada di orbit roket bertenaga nuklir terbilang sudah aman karena radiasi termal tidak bisa bergerak dalam ruang vakum.

Jika terjadi bencana dan reaktor roket rusak, puing-puingnya tidak akan mendarat di Bumi atau planet lainnya hingga puluhan ribu tahun. Sheehy mengatakan setelah itu material radioaktif sudah membusuk secara alami dan tidak lagi berbahaya.

USNC-Tech sudah memamerkan pengembangan teknologi NTP ke NASA. Sheehy setuju roket bertenaga roket bisa membantu manusia menjelajahi tata surya lebih jauh lagi, tapi teknologi ini membutuhkan waktu 20 tahun sebelum digunakan secara umum.

"Tidak ada orang yang pernah terbang menggunakan roket berpenggerak nuklir. Saya pikir itu harus diterbangkan beberapa kali ... sebelum seseorang menjual tiketnya," ucap Sheehy.




(vmp/rns)