Beruang kutub biasanya melakukan hibernasi selama musim dingin. Tapi tahukah kamu bahwa manusia zaman dulu kemungkinan juga melakukan hibernasi?
Beruang memiliki proses metabolisme khusus untuk melindungi mereka dari efek tidur panjang ini, tetapi terkadang proses ini tidak berjalan sesuai rencana. Misalnya, hewan dapat terserang sejumlah penyakit setelah hibernasi jika mereka tidak mendapatkan cadangan makanan yang cukup sebelum memasuki musim dingin.
"Kami harus menekankan bahwa hibernasi tidak selalu sehat," ahli paleoantropologi Antonis Bartsiokas dan Juan-Luis Arsuaga menulis dalam makalah baru mereka, sebagaimana dikutip dari Live Science, Selasa (29/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hibernator mungkin menderita rakhitis, hiperparatiroidisme, dan osteitis fibrosa jika mereka tidak memiliki cadangan lemak yang cukup. Semua penyakit ini merupakan ekspresi osteodistrofi ginjal yang konsisten dengan penyakit ginjal kronis," tambahnya.
Para peneliti percaya ini mungkin adalah nasib yang menimpa beberapa nenek moyang manusia yang jenazahnya ditemukan di sebuah gua Spanyol bernama Sima de los Huesos. Lubang dalam di Cave Mayor of Sierra de Atapuerca ini adalah rumah bagi sejumlah besar fosil, dengan para arkeolog telah menemukan ribuan sisa kerangka hominin yang berusia sekitar 430.000 tahun.
Ini jauh sebelum Homo sapiens berjalan di Bumi. Meskipun ada beberapa perdebatan tentang nenek moyang manusia mana fosil itu berasal, setidaknya diyakini sebagai Homo heidelbergensis.
Pikiran bahwa manusia juga melakukan kegiatan sejenis pada hibernasi masih jadi perdebatan, namun setidaknya temuan ini mengarah pada kemungkinan yang positif atas aktivitas tersebut.
Para peneliti menjelaskan ada tanda-tanda yang muncul dari kemungkinan manusia zaman dulu melakukan hibernasi, antara lain, kekurangan vitamin D dari kurangnya paparan sinar Matahari. Ini terbukti setelah ditemukan cacat tulang pada fosil yang ditemukan.
"Hipotesis hibernasi konsisten dengan bukti genetik dan fakta bahwa hominin Sima de los Huesos hidup selama periode glasial," masih kata tim peneliti.
Mereka percaya bahwa hominin purba ini mungkin mencoba untuk tidur selama bulan-bulan yang lebih dingin, sehingga tulang mereka menunjukkan bekas luka saat tidur tanpa cadangan lemak yang cukup, kekurangan vitamin D, dan pada remaja terjadi pertumbuhan pubertas yang tidak biasa.
Sebelum dapat mengklaim bahwa nenek moyang manusia pernah benar-benar melakukan hibernasi, kita harus ingat bahwa penelitian ini masih sangat awal. Bahkan para peneliti sendiri mengakui bahwa ini terdengar seperti 'fiksi ilmiah'.
"Gagasan bahwa manusia dapat menjalani keadaan hipometabolik yang dianalogikan dengan hibernasi mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah, tetapi fakta bahwa hibernasi digunakan oleh mamalia dan primata yang sangat primitif, menunjukkan bahwa dasar genetik dan fisiologi untuk hipometabolisme semacam itu dapat dipertahankan di banyak spesies mamalia. termasuk manusia," tutupnya.
Yang pasti, masih diperlukan lebih banyak info sebelum kita dapat memastikan apakah nenek moyang manusia purba ini memang melakukan berhibernasi. Dan jika memang demikian, menarik untuk mempelajari bagaimana spesies manusia pada akhirnya kehilangan kemampuan ini sepenuhnya.
(ask/fay)