Mereka Ramai-ramai Menambang di Bulan dan Asteroid
Hide Ads

Mereka Ramai-ramai Menambang di Bulan dan Asteroid

Tim - detikInet
Jumat, 04 Des 2020 05:40 WIB
Ilustrasi Osiris-Rex
Ilustrasi mendarat di asteroid. Foto: NASA
Jakarta -

Dalam waktu yang hampir berbarengan, lembaga antariksa Amerika Serikat, Jepang, dan China berusaha mengambil sampel benda antariksa nun jauh di sana, yaitu asteroid dan Bulan. Berikut perkembangan terkininya.

Wahana NASA Gali Asteroid Bennu

Menjelang akhir Oktober silam, wahana antariksa OSIRIS-REx milik NASA berhasil mendarat di asteroid Bennu untuk misi pengumpulan sampel. Ini menandakan pertama kalinya wahana milik NASA melakukan misi pengumpulan sampel di asteroid yang melayang di deep space.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita berhasil! Kami menandai permukaan asteroid dan sekarang terserah Bennu untuk melihat bagaimana kejadiannya berlangsung," kata pemimpin misi dari University of Arizona, Dante Lauretta, seperti dikutip detikINET dari Space, Jumat (4/12/2020).

Saat ini asteroid Bennu berjarak 200 juta km dari Bumi dan untuk komunikasi dengan OSIRIS-REx butuh 18 menit. Karena tak bisa komunikasi real-time, OSIRIS-REx harus menjalankan manuver otonom. Dengan panjang hanya 510 meter, gravitasi Bennu terlalu rendah untuk membantu OSIRIS-REx mendarat sepenuhnya di permukaan. Maka, dipakai lengan robot untuk menjalankan manuver.

ADVERTISEMENT

Dengan touchdown singkat tersebut, OSIRIS-REx menyemprotkan nitrogen ke permukaan asteroid Bennu. Semprotan ini mengumpulkan tanah dan batu yang kemudian dikumpulkan menggunakan mekanisme yang ada di ujung lengan robot. Tim peneliti memilih kawah kecil yang disebut Nightingale sebagai lokasi pengambilan sampel.

In this image taken from video released by NASA, the Osiris-Rex spacecraft touches the surface of asteroid Bennu on Tuesday, Oct. 20, 2020. (NASA via AP)Menggali Bennu. Foto: NASA via AP

OSIRIS-REx (Origins, Spectral Interpretation, Resource Identification, Security, Regolith Explorer) diluncurkan pada September 2016 dan sampai di Benny pada Desember 2018. Sejak tiba, OSIRIS-REx menghabiskan waktu dengan mengukur dan memetakan permukaan Bennu secara mendetail untuk mempersiapkan manuver ini.

Jika material yang dikumpulkan kurang dari perkiraan, percobaan kedua bisa dilakukan di area kedua bernama Osprey pada Januari 2021. Tapi jika manuver hari ini sukses, maka OSIRIS-REx akan meninggalkan Bennu pada Maret 2021. Sampel yang sudah dikumpulkan dijadwalkan mendarat di Bumi menggunakan sampel khusus pada September 2023.

Setelah sampai, ilmuwan akan mempelajari material yang dibawa untuk mendapatkan informasi lebih detail dari yang dikirimkan OSIRIS-REx. NASA mengatakan asteroid seperti ini bisa menjadi kunci untuk mengetahui lebih banyak soal terbentuknya tata surya.

Halaman selanjutnya: Hayabusa membawa asteroid...

Pesawat Hayabusa Jepang Bawa Asteroid Purba

Pesawat antariksa Jepang, Hayabusa-2, pada awal tahun 2019 berhasil mendarat di sebuah asteroid bernama Ryugu. Ia akan mencoba untuk mengambil contoh bebatuan di permukaan asteroid tersebut.

Hayabusa-2 mencapai Ryugu pada Juni 2018 setelah perjalanan selama 3,5 tahun dari Bumi. Setelah bermanuver lama di orbitnya, akhirnya dilakukan proses mendarat yang sukses. Dengan perangkat khusus, pesawat itu menembakkan peluru dari metal ke permukaan. Partikel yang terangkat karena tembakan itu akan diambil oleh Hayabusa-2 dengan semacam corong.

Ryugu panjangnya sekitar 1 kilometer. Ia termasuk kategori batu angkasa primitif yang dikenal dengan sebutan C-type. Asteroid-asteroid yang berada dekat Bumi ini merupakan peninggalan dari masa-masa awal lahirnya Tata Surya.

"Sampel dari Ryugu memungkinkan sejarahnya untuk dieksplorasi. Mungkin saja asteroid semacam itu membawa air dan materi organik yang diperlukan untuk memulai kehidupan di Bumi. Sampel itu akan berguna untuk meneliti kemungkinan ini," kata Profesor Alan Fitzsimmons dari University Belfast.

Asteroid HayabusaAsteroid Ryugu. Foto: Dok. The Next Web

Misi Hayabusa2 yang mencari sampel asteroid Ryugu akan kembali ke Bumi pekan ini. Hayabusa2 dijadwalkan mudik ke Bumi sambil membawa sampel asteroid purba itu pada Sabtu, 5 Desember 2020.

Badan Antariksa nasional Jepang JAXA saat ini sedang bersiap memulangkan wahana Hayabusa2 yang berhasil mengumumpulkan sampel asteroid Ryugu. Jika semua berjalan lancar, Hayabusa2 akan mendarat di dekat Woomera, di pedalaman Australia, Minggu, 6 Desember 2020 waktu setempat. JAXA akan menyiarkan streaming langsung yang mengabadikan perjalanan mudik Hayabusa2 dari asteroid Ryugu ke Bumi.

"Mengingat operasional kami berupaya meminimalkan anggota tim di Woomera, kami memang tidak bisa menjanjikan apa pun. Tapi kami berupaya menampilkan perjalanan ini yang akan disematkan dalam streaming langsung dari Sagamihara, Jepang," kata Masaki Fujimoto, wakil direktur Institute of Space dan Ilmu Astronautika di JAXA, dikutip dari Cnet.

Halaman selanjutnya: Wahana China menggali di Bulang...

Wahana China Sedang Menggali Bulan

Wahana robotika buatan China, Chang'e 5, telah sukses mendarat di Bulan. Misi ini pun bersiap menggali sampel bebatuan dan tanah permukaan Bulan untuk dibawa ke Bumi dan diteliti. Pesawat ruang angkasa Chang'e-5 "mendarat di sisi dekat bulan pada Selasa malam," demikian laporan yang diumumkan oleh kantor berita Xinhua, mengutip Badan Luar Angkasa Nasional China.

Pesawat antariksa Chang'e 5 tersebut beratnya tembus 8,2 ton dan dilesatkan oleh roket Long March 5 dari Wenchang, selatan China pada 24 November waktu setempat. Sesampainya di orbit Bulan, pesawat ini terpisah menjadi dua.

Seperti dikutip detikINET dari BBC, separuh bagian tetap berada di orbit, sementara perangkat lander mulai melakukan pendaratan di Bulan. Sesampainya di Bulan, lengan robotika di lander itu diprogram untuk menggali sampai kedalaman 1,8 meter.

Bobot batu dan tanah Bulan akan diambil sebanyak 2 kilogram. Adapun lokasi penggalian adalah di tanah vulkanis bernama Mons Rumker. Dibanding bebatuan yang dulu diambil Amerika Serikat dan Rusia, batu di area ini usianya lebih muda, antara 1,2 sampai 1,3 miliar tahun, sehingga akan memberikan data berbeda.

Chang'e 5Jepretan Chang'e 5 dari Bulan. Foto: BBC

Sejauh ini, ilmuwan hanya bisa mempelajari batu Bulan dari area yang setidaknya berumur 3 miliar tahun. Karena batu yang akan diambil China jauh lebih muda, para ilmuwan bisa lebih lanjut mempelajari tentang asal-usul, formasi, dan aktivitas vulkanik Bulan di permukaannya.

Lengan robotika di lander itu kemudian akan meletakkan bebatuan dan tanah Bulan di modul yang ada di posisi paling atas. Saat sampel sudah dipastikan aman, maka modul itu bakal melesat menuju orbit Bulan dan bergabung dengan wahana yang sudah menunggu, kemudian kembali ke Bumi.

Jika semua prosesnya dapat berjalan dengan lancar, wahana itu akan kembali ke Bumi dengan bebatuan Bulan pada pertengahan Desember, dibantu oleh parasut. Tempat pendaratannya di area Mongolia.

"Chang'e 5 merupakan misi yang sangat kompleks. Saya pikir sungguh impresif bahwa mereka mencobanya," kata Dr James Carpenter, ilmuwan di European Space Agency.

Jika misi Chang'e 5 ini berhasil, maka China akan menjadi negara ketiga yang mengambil sampel dari Bulan, setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet pada 1960-an dan 1970-an.

(fyk/fay)