Mungkinkah Virus Corona Diciptakan Manusia?
Hide Ads

Mungkinkah Virus Corona Diciptakan Manusia?

Fino Yurio Kristo - detikInet
Kamis, 24 Sep 2020 05:51 WIB
Wuhan Instititure of Virology
Foto: Wuhan Institute of Virology
Jakarta -

Pernyataan Dr Li Meng Yan, yang mengklaim virus Corona buatan manusia di laboratorium, kembali memunculkan pertanyaan apakah apa yang ia katakan benar. Mungkinkah COVID-19 memang hasil rekayasa laboratorium dan bukan berasal dari proses alami?

Meng Yan telah menulis karya ilmiah Genom Tidak Biasa di SARS-CoV-2 Mengindikasikan Modifikasi Canggih Laboratorium Ketimbang Evolusi Natural. Pada dasarnya, tulisan ini membantah virus Corona asalnya dari alam tapi merupakan modifikasi manusia di lab.

Beberapa ilmuwan bereputasi bagus sudah menilai bahwa karya itu tidak ilmiah, banyak spekulasi tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa virus Corona buatan lab serta dipublikasikan bukan di jurnal sains terkemuka. Memang sejauh ini, konsensus ilmuwan meyakini Corona adalah dari alam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dr Gkikas Magiornikis, asisten profesor epidemiologi University of Athens menyatakan virus Corona jenis sebelumnya terbukti berasal dari hewan seperti kelelawar. "Itu membuat skenario evolusi yang muncul secara alami jauh lebih mungkin ketimbang skenario manipulasi lab," katanya.

"Faktanya, kita punya sejarah jelas wabah virus Corona mematikan dari hewan seperti SARS-CoV dan MERS-CoV. Paper dari Li Meng itu tidak menyediakan bukti yang mantap soal manipulasi, tidak ada tes statistiknya dan sangat spekulatif," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Beberapa waktu silam, immunologist Nigel McMillan dari Menzies Health Institute Queensland. juga meyakini virus SARS-CoV-2 bukan buatan manusia. "Semua bukti sejauh ini mengarah kepada virus COVID-19 bersumber secara alami dan bukan buatan manusia," ujarnya.

Ada lagi David Robertson, pakar dari University of Glasgow. Ia menyebutkan 'nenek moyang' virus Corona adalah dari alam, disebut sebagai RaTG13, yang sudah lama ada di populasi kelelawar.

"Virologis berpikir bahwa virus tersebut, yang 96% identik dengan coronavirus saat ini, mungkin berkembang di host kelelawar atau manusia, kemudian tidak terdeteksi selama sekitar 20 tahun sebelum beradaptasi menjadi bentuknya sekarang dan menyebabkan pandemi," tulis National Geographic.

Pada April silam, intelijen AS mengindikasikan bahwa virus Corona COVID-19 kemungkinan berasal dari alam, tidak dibuat di laboratorium di China seperti disebut dalam berbagai teori konspirasi.

"Pada saat ini, memang belum konklusif meskipun bukti cenderung mengindikasikan (virus itu) natural. Tapi kami belum tahu secara pasti," kata Jenderal Mark Milley dari militer AS yang menjabat Chairman of the Joint Chiefs of Staff.

Meski begitu, segelintir ilmuwan tetap mencurigai virus Corona buatan manusia atau setidaknya bocor dari lab di Wuhan. Salah satunya Profesor Clive Hamilton, pakar China dan akademisi Australian National University serta Charles Sturt University. Ia menilai asal COVID-19 dari pasar Wuhan meragukan dan lebih cenderung dari laboratorium Wuhan.

Sebab, kasus terawal COVID-19 menurutnya menimpa orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pasar hewan Wuhan. "Hal ini ditunjukkan oleh studi kualitas tinggi. Jadi, gagasan bahwa virus ini berawal di Desember, akhir Desember, di pasar ini, tidak terukur," cetusnya.

"Satu-satunya penjelasan lain yang masuk akal adalah bahwa virus ini bocor dari Wuhan Institute of Virology," katanya.

Pastinya sampai saat ini, masih diselidiki secara intensif dari mana asal mula virus Corona. Adapun juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian pernah menegaskan para pakar ataupun WHO beberapa kali telah menyatakan Wuhan Institute of Virology (WIV) tidak ada sangkut pautnya dengan wabah corona.

"WHO mengatakan tidak ada bukti yang membuktikan bahwa itu (COVID-19) dibuat di lab. Dan banyak pakar medis terkemuka juga mengatakan jika klaim virus tersebut bocor dari lab tidak punya dasar ilmiah," ujar dia.