Ilmuwan Dituduh Sekongkol dengan China Tutupi Asal Virus Corona
Hide Ads

Ilmuwan Dituduh Sekongkol dengan China Tutupi Asal Virus Corona

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 21 Sep 2020 19:10 WIB
Dr Li Meng Yan, ilmuwan pakar virus yang membelot ke Amerika
Dr Li Meng Yan. Foto: (New York Post)
Jakarta -

Berbagai macam klaim Dr Li Meng Yan soal virus Corona memang menghebohkan. Ia menyebut virus itu buatan manusia di laboratorium. Bahkan dalam wawancara baru dengan Fox News, ilmuwan yang kabur ke Amerika Serikat itu menyebut hal yang menurutnya fakta itu ditutupi dengan rapat.

"Dunia sains tetap bungkam, bekerja sama dengan pemerintah Komunis China, mereka tidak ingin orang-orang tahu kebenaran ini. Itulah mengapa saya ditekan, saya adalah target yang ingin dihilangkan mereka," klaim Men Yang.

Pernyataan itu disebut mengada-ada oleh Bruce Y Lee, kolumnis Forbes dan profesor kebijakan kesehatan di City University of New York (CUNY). "Seluruh dunia sains bekerja dengan pemerintah China? Benar begitu?" sindirnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika membuat ilmuwan memakai pakaian atas yang cocok dengan busana bawah atau makan malam saja sulit, apalagi membuat setiap ilmuwan di luar China bekerja sama dengan China. Apa untungnya buat ilmuwan di negara seperti Jepang, Taiwan, AS, Inggris atau Jerman untuk mematuhinya?" tanya dia.

Seperti beberapa ilmuwan bereputasi lain, Bruce meragukan klaim Li Men Yang, demikian pula karyanya yang disebut bukti virus Corona buatan manusia. Unusual Features of the SARS-CoV-2 Genome Suggesting Sophisticated Laboratory Modification Rather Than Natural Evolution and Delineation of Its Probable Synthetic Route, begitu judul tulisannya.

ADVERTISEMENT

"Genom tidak biasa di SARS-CoV-2 mengindikasikan modifikasi canggih laboratorium ketimbang evolusi natural," begitu kurang lebih inti dari judul tersebut. Pada dasarnya, tulisan ini membantah virus Corona asalnya dari alam tapi merupakan modifikasi manusia di lab.

Tulisan itu diposting di website Zenodo, di mana setiap orang bisa memajang tulisan tanpa perlu review ketat. "Setiap orang bisa memposting paper di Zenodo. Yang kalian butuhkan hanya akses internet. Oh, kalian juga harus bisa memakai browser internet dan menulis sesuatu," sindir Bruce.

"Paper itu tidak menyediakan banyak bukti konkret yang mendukung klaim virus itu adalah ciptaan. Malah menyebutkan beberapa observasi dan langsung melompat ke kesimpulan," demikian pendapat Bruce.

"Contohnya, menemukan bahwa sekuens genom SARS-CoV-2 mirip dengan coronavirus yang ditemukan di laboratorium militer tidak berarti virus itu diciptakan. Itu seperti bilang oh kamu punya tubuh? Demikian pula Harry Styles. Tapi kamu harus nyanyi buat One Direction," tambahnya membuat perumpamaan.

Ia melanjutkan, sebelum tulisan Li Men Yan bisa dianggap serius, harus melalui review formal oleh ahli virus terkemuka, yang bisa menelaah bukti yang dikemukakan. Mungkin akan diajukan permintaan untuk menyediakan lebih banyak informasi atau data pendukung lain agar klaim virus Corona buatan manusia lebih meyakinkan.

"Jika penulis tidak bisa menyediakan informasi itu, maka kredibilitas tulisannya sama seperti profil Tinder," tulis Bruce dalam kolomnya di Forbes yang dikutip detikINET.

Bruce juga menyinggung Li Meng Yan dan koleganya yang menulis paper itu didukung oleh lembaga Rule of Law Society. Lembaga ini didirikan oleh Steve Bannon, sosok kontroversial penasihat presiden AS, Donald Trump.

"Sekali lagi, jika kalian punya bukti ilmiah nyata bahwa virus Corona tidak muncul secara alami, daftarkan di jurnal sains bereputasi untuk dipublikasikan," saran Bruce.

Sebelumnya, beberapa ilmuwan lain berpendapat senada dengan Bruce, bahwa apa yang dikemukakan Meng Yan tidak meyakinkan. Dr Gkikas Magiornikis, asisten profesor epidemiologi di University of Athens menyatakan virus Corona jenis sebelumnya terbukti berasal dari hewan seperti kelelawar. "Itu membuat skenario evolusi yang muncul secara alami jauh lebih mungkin ketimbang skenario manipulasi lab," katanya.

"Faktanya, kita punya sejarah jelas wabah virus Corona mematikan dari hewan seperti SARS-CoV dan MERS-CoV. Paper dari Li Meng itu tidak menyediakan bukti yang mantap soal manipulasi, tidak ada tes statistiknya dan sangat spekulatif," tambahnya.