Sebelumnya, Lukasz Kaczmarek, seorang pakar Tardigrade dan astrobiologis Adam Mickiewicz University, Poznań, mengatakan bahwa memang ada kemungkinan Tardigrade bertahan hidup di sana.
"Tardigrade dapat bertahan dari tekanan yang sama dengan yang terjadi ketika asteroid menghantam Bumi, jadi tabrakan kecil seperti ini bukan masalah bagi mereka," ujarnya, dikutip dari Guardian, Senin (19/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi, bagaimana nasib para beruang air tersebut di Bulan? Selamat dan berhasil bertahan hidupkah?
Kebanyakan ilmuwan percaya mereka bisa bertahann hidup. Namun mustahil bagi mereka untuk bisa berkolonisasi karena tak ada atmosfer dan air mengalir.
Sebagai pengingat, kejadian serupa pernah terjadi di tahun 2007 di mana Badan Antariksa Eropa meluncurkan satelit yang salah satunya membawa Tardigrade dan secara selektif mengekspos mereka ke ruang hampa udara dan radiasi kosmik.
Sepuluh hari kemudian, Tardigrade dikembalikan ke Bumi dan direhidrasi. Hebatnya, segelintir dari mereka selamat dari radiasi, menjadikan mereka hewan pertama dalam catatan yang selamat dari luar angkasa.
Nah, selamatnya Tardigrade ini sebenarnya bisa membantu para peneliti untuk memahami ketahanan hidup mereka. Hal ini juga dapat membantu menyelidiki hipotesis bahwa kehidupan sebenarnya tidak dimulai di Bumi. Sebaliknya, mungkin hal itu terjadi karena ada mikroba dari dunia lain.
Sejauh ini, para ilmuwan belum menemukan bukti bahwaBbulan pernah menampung organisme hidup lain. Namun, Mark Martin, seorang profesor biologi di University of Puget Sound di Tacoma, Washington mengatakan, ada kemungkinan bahkan sebelum Tardigrade Beresheet jatuh di Bulan, bentuk-bentuk lain dari mikroba terestrial sudah ada di sana, misalnya bakteri usus di dalam kantong astronot yang ditinggalkan.
Setidaknya, ini bisa jadi salah satu alasan bernapas lega, Tardigrade tersebut tidak mungkin bermutasi sebagaimana layaknya kisah-kisah menyeramkan di film fiksi.
(rns/krs)