Aktivis kebijakan publik Ravio Patra ditangkap polisi terkait kasus provokasi. Namun ada dugaan WhatsApp-nya diretas. Hal itulah yang kini harus dibuktikan.
Kabar ditangkapnya Ravio disampaikan dalam sebuah pesan yang ditulis oleh Direktur Eksekutif SafeNet Damar Juniarto. Pesan yang menceritakan kronologi penangkapan Ravio tersebut ramai beredar di WhatsApp dan berbagai media sosial.
![]() |
Mengomentari hal ini, pengamat keamanan Alfons Tanujaya menyebutkan, jika benar WhatsApp-nya di-hack, harus ada bukti dan bisa dikonfirmasikan ke pihak WhatsApp.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi bukan hanya berdasarkan klaim korban saja WhatsApp-nya di-hack dan capture-capture sepihak. Itu harus diuji oleh forensik security kalau capturenya memang valid dan bukan rekayasa," kata Alfons dihubungi detikINET, Kamis (23/4/2020).
Dikatakan Alfons, pembajakan WhatsApp secara teknis memang memungkinkan. Karenanya, hal itu harus dibuktikan dengan bukti forensik. Jika nomor WhatsApp milik yang bersangkutan dibajak, menurutnya tinggal dilacak nomor yang membajak.
"Ini tidak sulit bagi pihak berwenang untuk mengungkapkan kebenarannya. Semua data ada dalam jangkauan pihak berwenang, tinggal dikumpulkan dan diolah dengan baik saja," ujarnya.
Satu hal yang menjadi pertanyaan menarik bagi Alfons adalah pernyataan Damar mengenai adanya konfirmasi dari Head of Security WhatsApp bahwa ada pembobolan akun WhatsApp milik Ravio.
Menurutnya, bukan tugas Head of Security mengurusi akun WhatsApp yang dibajak. Jika ingin memastikan sebuah akun WhatsApp dibajak atau tidak, seharusnya yang memberikan klarifikasi adalah WhatsApp, bukan pemilik akun.
Terlepas dari itu, Alfons menyebutkan secara teknis akun WhatsApp sangat mungkin dibajak. Pembobolan akun WhatsApp disebutkan Alfons sangat mudah dilakukan dengan mengutak-atik pengaturan dan mengubah nomor.
(rns/rns)