Seperti dilansir BGR.com, kesuksesan para superhero Marvel dalam beraneka-ragam film franchise tersebut membuat para peneliti dari ARC Center of Excellence For Mathematical and Statistical Frontiers (ACEMS) tergelitik rasa ingin tahunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami penggemar berat film-film Marvel, yang biasa disebut Marvel Cinematic Universe. Kami merasa bahwa produser, sutradara, aktor, dan seluruh staf produksi melakukan sesuatu yang unik dalam sejarah pembuatan film, jadi kami ingin melakukan pengukuran," kata Matthew Roughan, salah seorang peneliti yang terlibat, dalam penjelasannya kepada TechXplore.
![]() |
Mengelompokkan masing-masing film ke dalam "jumlah karakter yang efektif", para peneliti disebut bukan cuma bisa memperlihatkan sekuel dari setiap kisah cenderung menambah jumlah karakter dalam film berikutnya, melainkan juga profitabilitas (dengan mempertimbangkan pendapatan kotor dan anggaran produksi) dengan segelintir pengecualian.
BGR.com juga menyatakan bahwa studi ini mengungkap bahwa strategi merilis sejumlah kisah awal yang menjadi fondasi dan kemudian melanjutkannya ke film Avengers yang melibatkan lebih banyak bintang, sebagaimana fase-fase dalam film Marvel sejauh ini, terbukti sudah menjadi sebuah strategi yang ideal dalam membangun antusiasme penonton.
Sejauh ini MCU sudah sampai di akhir fase ketiga. Film "Avengers: Endgame" yang sarat bintang dirilis pada April 2019 dan menjadi salah satu klimaks dalam kisah saga para superhero di dalamnya, setelah diawali "Iron Man" pada tahun 2008.
(krs/asj)