Prof. Husin Alatas, ahli fisika dari IPB, mengatakan bahwa hal tersebut bersumber dari buah pemikiran David Deutsch, ilmuwan asal Inggris. Ia menggabungkan sejumlah teori mengenai perjalanan melintasi waktu dalam karya tulisnya.
"Kata Deutsch, dalam skala kuantum, perjalanan waktu ke masa lalu itu diperbolehkan melalui Closed Timelike Curves (CTC)," ujar Prof. Husin ketika ditemui dalam sebuah diskusi publik di Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang diamati dari teori kuantum adalah, elektron ternyata memiliki sifat seperti gelombang, artinya dia bisa mengalami pembelokan," ucapnya ketika ditemui dalam sebuah diskusi publik.
"Sebuah elektron dapat berada di kedua celah secara bersamaan karena koherensi kuantum. Ciri ini hilang ketika sebuah detektor diletakkan di salah satu celah. Partikel kembali berperilaku selayaknya partikel," katanya menambahkan.
![]() |
"Pergerakan elektron berdasarkan teori kuantum tidak diketahui, sifatnya hanya probabilitas, hanya berdasarkan kemungkinan-kemungkinan (Copenhagen Interpretation). Dari Many World Interpretation, kemungkinan-kemungkinan itu ada di alam semesta yang berbeda, yang disebut sebagai parallel universe," tuturnya.
Ini lah yang akan membawa kita ke multiverse, yang jumlahnya bisa tak terhingga. Pada Avengers: Endgame, kita bisa lihat bagaimana Ancient One membahas hal tersebut ketika ia sedang berbincang dengan Bruce Banner alias Hulk.
Nah, eksistensi alam semesta paralel ini yang membuat Avengers: Endgame bisa menghindari Grandfather Paradox di dalam plotnya. Paradoks itu sendiri sering muncul dalam film fiksi ilmiah, ketika orang pergi ke masa lalu untuk membunuh sosok kakek, ayah, atau dirinya sendiri, yang membuat si pembunuh hilang tak lama setelahnya.
![]() |
"Dari teori relativitas umum, itu mengizinkan yang namanya Closed Timelike Curves (CTC). Jadi, ada loop di ruang waktu yang memungkinkan orang untuk kembali dari masa depan ke masa lalu atau dari masa lalu ke masa depan," ujar Prof. Husin.
Selain dibolehkan oleh relativitas umum, ada teori bernama Alam Semesta Godel yang mendukung eksistensi dari CTC. Jadi, Kurt Godel, ahli matematika asal Austria, mengusulkan model alam semesta yang berotasi sehingga memungkinkan kehadiran CTC.
Sayangnya, walau paparan dari Deutsch sudah cukup gamblang dalam menjelaskan potensi perjalanan melintasi waktu, masih banyak bahan bantahan untuk menyanggah kegiatan tersebut. Salah satunya adalah hukum kedua termodinamika yang menyebut bahwa waktu hanya bergerak ke masa depan.
Lebih lanjut, usulan Alam Semesta Gudel pun juga tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Jagat raya ini sendiri tidak memiliki bintang-bintang yang berotasi sebagaimana dijelaskan pada model tersebut.
Menariknya, Deutsch sendiri memang mengatakan bahwa ini hanya spekulasi. Bahkan, ia menggunakan tulisannya tersebut untuk quantum computer, bukan perjalanan di dunia kuantum. (mon/afr)