Dua Bandara Inggris Pasang Teknologi Anti-Drone Tingkat Militer
Hide Ads

Dua Bandara Inggris Pasang Teknologi Anti-Drone Tingkat Militer

Virgina Maulita Putri - detikInet
Selasa, 08 Jan 2019 13:00 WIB
Bandara Gatwick dan Heathrow di Inggris kini dipasangi teknologi anti-drone tingkat militer (Foto ilustrasi drone: Photo by Diana Măceşanu on Unsplash)
Jakarta - Teknologi anti-drone kini hadir di dua bandara terbesar Inggris, yakni Gatwick dan Heathrow, menyusul insiden drone pada akhir tahun 2018 lalu.

Dua bandara tersebut kabarnya merogoh kocek jutaan poundsterling agar bisa mencegah drone nyasar. Hal itu tak lepas dari insiden yang melibatkan dua drone di dekat area bandara Gatwick menjelang Natal.

Saat itu Bandara Gatwick sempat harus ditutup selama tiga hari saat puncak libur Natal sehingga menyebabkan hampir 1.000 penerbangan dibatalkan dan hampir 140.000 penumpang terlantar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Tidak diketahui persis teknologi anti-drone maca apa yang sekarang digunakan kedua bandara tersebut. Tapi juru bicara Gatwick mengatakan bahwa pemilik bandara telah membeli sistem yang serupa dengan sistem yang dimiliki oleh militer Inggris. Alat ini telah dipasang minggu lalu. Juru bicara Heathrow juga mengkonfirmasi laporan pemberlian teknologi anti-drone tingkat militer.

"Keamanan penumpang dan kolega kami tetap menjadi prioritas utama kami. Bekerja sama dengan pihak berwenang terkait, termasuk Met Police, kami terus mencari teknologi terbaik yang membantu menghilangkan ancaman drone," ujar juru bicara Heathrow, seperti dikutip detikINET dari BBC, Selasa (8/1/2019).




Militer Inggris sendiri terpaksa dipanggil pemerintah dan menggunakan sistem Drone Dome untuk mengamankan Gatwick. Teknologi anti-drone buatan perusahaan asal Israel, Rafael, ini diklaim mampu mendeteksi dan memutuskan komunikasi antara drone dan operatornya.

Teknologi ini juga memiliki jangkauan hingga beberapa kilometer dan menggunakan empat radar untuk memberikan deteksi 360 derajat untuk mengidentifikasi dan melacak drone.

Kepolisian Inggris sendiri hingga saat ini masih melakukan investigasi dan belum menemukan pelaku sebenarnya. Pada 21 Desember 2018, kepolisian Sussex sempat menahan dua orang tapi keduanya kemudian dibebaskan setelah memastikan mereka tidak lagi menjadi tersangka.




(vim/krs)