Kisah Nazi yang Ngebet Cari Atlantis
Hide Ads

Kisah Nazi yang Ngebet Cari Atlantis

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Kamis, 29 Nov 2018 12:25 WIB
Nazi ternyata akrab dengan mitos-mitos dan bahkan gencar mencari peradaban Atlantis yang hilang. Foto: Rarehistoricalphotos
Jakarta - Jika bicara soal Nazi, mungkin salah satu yang langsung terbayang di kepala adalah Adolf Hitler dengan kumis khasnya, atau mungkin salam hormatnya yang tak kalah ikonik. Menariknya, di balik ideologi yang ia sebarkan saat memimpin Jerman era 1930an dan 1940an, ada sejumlah kisah soal obsesinya terhadap mitos.

Ya, Hitler dan Nazi secara umum dilaporkan sangat terobsesi dengan mitos-mitos di dunia ini. Salah satunya mitos soal Atlantis, yang disebut memiliki dampak besar terhadap filosofi Nazi.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu yang unik, bagi mereka, legenda soal Atlantis dicampur dengan mitos mengenai bangsa Arya, sebuah ras unggul yang ideal dan murni, konon ras campuran antara India dengan Eropa yang dipercaya sebagai penghuni Atlantis. Hitler dengan Nazi-nya percaya mereka adalah keturunan bangsa Arya.

Heinrich Himmler, anggota Gestapo (polisi rahasia Nazi), adalah salah satu yang juga punya obsesi kuat dengan legenda dan mitos-mitos tersebut. Ia bahkan menghabiskan waktu 10 tahun untuk mencari bangsa Arya yang hilang.

Salah satu tindakan nyatanya adalah dengan mengirim para peneliti ke Himalaya pada 1938. Perjalanan tersebut dipimpin oleh Ernst Schafer, ahli ekspedisi dan ilmu hewan.

Nazi percaya bahwa para penghuni Atlantis yang selamat dari tenggelamnya negeri dongeng tersebut pergi ke tempat yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan untuk menghindari laut yang sudah memusnahkan peradaban mereka.

Dari ekspedisi tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa para penduduk lokal merupakan keturunan Arya dilihat dari bentuk wajahnya. Saat itu, Hitler dan para ahli antropologi kepercayaannya mengira bahwa dengan mengobservasi kepala orang maka bisa diketahui ras mereka masing-masing.

Tibet bukan menjadi satu-satunya lokasi ekspedisi yang diinisiasi oleh Himmler. Swedia, Skotlandia, Prancis, dan Islandia menjadi negara-negara lain yang dituju oleh para peneliti dari Nazi dalam mencari keturunan bangsa Arya.

Heinrich Himmler.Heinrich Himmler, anggota Gestapo (polisi rahasia Nazi), yang ngebet cari Atlantis dan penduduknya. Foto: Getty Images



Dengan klaim terhadap apa yang terjadi pada bangsa Antlantis itu membuat Himmler beranggapan mereka sudah menjadi lemah. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena rasnya sudah tidak murni dan bercampur dengan suku lainnya.

Dari situ, Himmler mengatakan perlu adanya pemurnian. Hal ini disebutkan jadi salah satu alasan yang melatarbelakangi insiden Holocaust.

Lokasi Atlantis versi Nazi

Selain mencari keberadaan keturunan ras Arya, lokasi tenggelamnya Atlantis pun juga dicari oleh Nazi. Hasilnya? Edmund Kiss, arkeolog Jerman, mengatakan bahwa Tiwanaku di Bolivia dulunya merupakan Atlantis.

Ia percaya bahwa dulu Bumi sempat bertumbukkan dengan Bulan. Dari situ, bencana timbul yang berbuntut pada kehancuran Atlantis dan dimulainya Zaman Es di Planet Biru ini.

Para penghuni Atlantis yang masih tersisa diyakini pergi ke dataran tinggi Andes dan bertahan hidup di sana. Dari situlah Kiss percaya mereka akhirnya bermukim di Bolivia.

Gerbang Matahari di Tiwanaku, Bolivia.Gerbang Matahari di Tiwanaku, Bolivia, yang dulunya dipercaya sebagai Atlantis. Foto: Wikipedia



Menariknya, penghuni Atlantis yang disebut oleh Kiss bukanlah bangsa Arya. Menurutnya, mereka lebih condong sebagai bangsa Skandinavia, sebagaimana detikINET kutip dari Big Think, Kamis (29/11/2018).

Teori tersebut pun dipublikasi di sejumlah surat kabar. Sayang, saat itu ia gagal ke Bolivia untuk memperkuat teorinya lantaran Perang Dunia II keburu dimulai.


(mon/krs)