Atlantis, Karangan Plato yang Tak Lekang oleh Zaman
Hide Ads

Atlantis, Karangan Plato yang Tak Lekang oleh Zaman

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Selasa, 06 Nov 2018 14:55 WIB
Negeri dongeng Atlantis yang kisahnya terus turun temurun tak lekang oleh zaman. Foto: Istimewa
Jakarta - Pernah baca buku berjudul Timaeus? Kalau belum, bagaimana dengan Critias? Dua karya tulis itu mungkin bagi sebagian orang tidak sementereng The Alchemist karya Paulo Coelho atau seri Sherlock Holmes buatan Sir Arthur Conan Doyle.

Walau begitu, baik Timaeus dan Critias punya satu topik paling terkenal yang masih relevan sampai sekarang, meskipun buku-buku tersebut ditulis oleh filsuf era Yunani kuno bernama Plato. Kisah yang dimaksud adalah keberadaan soal negeri dongeng Atlantis.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, mengapa cerita yang hampir seluruhnya bisa dibilang menyimpang dari kebenaran itu bisa terus bertahan? Padahal, sudah lebih dari 2.300 tahun sejak kematian filsuf kenamaan itu.

"Itu adalah sebuah cerita yang membangkitkan imajinasi," ujar James Romm, profesor dari Bard College, New York, Amerika Serikat, sebagaimana detikINET kutip dari National Geographic, Selasa (6/11/2018).

"Itu adalah mitos yang luar biasa. Ia punya banyak elemen yang orang-orang sangat suka membayangkannya," katanya menambahkan.

Apa yang dibilang James tentu benar adanya. Lihat saja DC yang menghadirkan tokoh bernama Aquaman. Karakternya sebagai manusia super yang tinggal di bawah laut juga menyeret-nyeret keberadaan Atlantis di dalamnya.

Untuk menjelaskan bagaimana Atlantis bisa memberi pengaruh besar terhadap imajinasi jutaan, atau bahkan miliaran orang seiring perkembangan zaman, mari menarik waktu mundur sedikit ke belakang. Plato menceritakan kisah tersebut sekitar 360 tahun sebelum masehi.

Para pendiri Atlantis, sebagaimana disebut oleh filsuf tersebut, merupakan separuh dewa dan separuh manusia. Mereka menciptakan peradaban utopia dan menjadi sangat kuat di sektor laut.

Atlantis digambarkan sebagai kawasan yang terdiri dari pulau-pulau terkonstrasi. Pemisahnya adalah parit-parit besar, terhubung dengan kanal yang mengalir ke tengah.

Di pulau-pulau itu, ada emas, perah, dan material berharga lainnya. Hewan-hewan langka nan eksotis juga ada di sana. Dan di tengah-tengah kumpulan pulau itu juga ada ibu kotanya.

Plato mengatakan bahwa Atlantis ada sekitar 9.000 tahun sebelum masa hidupnya. Ceritanya pun terus menurun lewat puisi, dan karya tulis lainnya. Walau demikian, tulisan Plato tentang Atlantis jadi satu-satunya catatan yang diketahui menerangkan keberadaan negeri dongeng itu.

Setelahnya, banyak teori yang menyebut di mana lokasi tenggelamnya Atlantis. Laut Tengah, pesisir Spanyol, sampai di bawah lapisan es Antartika, hanya segelintir perkiraan soal posisi negeri khayalan itu.

"Pilih satu titik di peta, dan seseorang mengatakan bahwa Atlantis berada di sana. Semua tempat yang bisa kamu bayangkan," ujar Charles Orser, kurator dari New York State Museum di Albany, New York, Amerika Serikat.




Ungkapan Charles memang tampak dari penemuan banyak monumen batu di perairan di Okinawa, Jepang. Temuan itu pun langsung dikaitkan dengan Alantis.

Terlepas dari karangannya yang bisa dibilang hampir sepenuhnya tidak benar itu, Plato sudah memberikan dongeng tak lekang zaman. Jadi, ketika kamu nanti mendongengkan Atlantis kepada anak-anakmu, bersyukurlah, guru Aristoteles itu sudah memberikan 'cerita sebelum tidur terbaik' sepanjang masa.

(mon/krs)