Seperti diketahui pada pertengahan Mei lalu, HTC mengumumkan bahwa mereka tengah mengerjakan proyek ponsel berbasis blockchain perdananya yang bernama Exodus. Kini, perusahaan asal Taiwan tersebut menjadwalkan smartphone besutannya itu muncul pada akhir tahun ini.
Hal itu diungkapkan oleh Phil Chen, Chief Content Officer HTC. Dia turut mengungkapkan kalau harga dari perangkat tersebut akan diumumkan pada Kuartal III mendatang. Sedikit bocoran, ia mengaku banderolnya akan bersaing dengan Finney, smartphone blockchain pertama di dunia buatan Sirin Labs yang dihargai USD 1.000, atau sekitar Rp 14,3 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Baca juga: HTC Pamer Ponsel Berbasis Blockchain |
Meski ia belum bisa mengumbar spesifikasinya, Chen mengatakan bahwa Exodus akan memiliki fitur wallet di dalamnya. Kemudian, dalam jangka panjang, ia berharap dapat menemukan cara yang lebih efisien dalam menambang cryptocurrency di perangkat mobile. HTC pun dijadwalkan dalam merilis laporan resmi terkait hal tersebut tahun ini.
Di samping itu, co-founder dari HTC Vive ini menjelaskan bahwa pihaknya sudah menggandeng CryptoKitties, sebuah video game berbasis blockchain. Dalam permainan ini, pemainnya dapat membeli, memelihara, dan menjual berbagai macam kucing virtual, mirip semacam kegiatan trading pada mata uang digital.
Kerja sama itu diharapkannya dapat memancing para gamer dan orang-orang yang kurang familiar dengan cryptocurrency untuk melirik pada Exodus. Menurutnya, gaming merupakan sektor yang paling mudah dijangkau mada perangkat mobile.
Baca juga: Jajaran Ponsel Keren HTC Sebelum Terpuruk |
Chen mengaku bahwa proyek ini mendapat perhatian setelah harga Bitcoin melambung tinggi dan hampir menyentuh USD 20.000 pada akhir tahun lalu. Kini, dengan banyaknya penipuan dan pencurian bermodus mata uang virtual, ia menjamin bahwa Exodus akan menjadi perangkat yang ditanami wallet paling aman.
Ponsel berbasis blockchain perdana dari HTC ini pun menjadi senjata berikutnya dalam meningkatkan penjualan. Pada Kuartal I tahun ini, perusahaan yang berkantor pusat di New Taipei City tersebut hanya mengapalkan 630.000 ribu produk. Padahal, pada Kuartal I 2017, mereka bisa mengapalkan lebih dari 2 juta produk. (mon/afr)