Dihubungi lewat sebuah pesan singkat, Humas IeSPA Steven Tija mengatakan tidak ada konspirasi apapun. IeSPA, menurut Steven, sebagai asosiasi eSports di Indonesia selalu siap mendukung dan memajukan potensi dan bakat para gamer di Indonesia.
"Mengenai HSID (Hearthstone Indonesia) sebenarnya itu dulu satu wadah dengan Blizzard Gamers Indonesia. Mungkin karena ada perbedaan nilai jadi mereka terpecah," ujar Steven kepada detikINET, Jumat (18/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Namun, komunitas HSID merasa tidak ada transparasi dalam proses seleksi atlet atau gamer Heartstone yang bertanding di Asian Games 2018.
Menanggapi hal itu, Sekjen IeSPA Prana Adisapoetra mengatakan jika pada akhirnya yang diundang oleh IeSPA juga sebenarnya sesama teman di HSID dan Blizzgamers. Dan yang diundang pun dilihat berdasarkan riwayat prestasi dan rank mereka di dunia Hearthstone.
"Jadi awal drama ini, keliatan kalau orang HSID enggak suka kalau akhirnya IeSPA yang berjalan dengan Blizzgamers. Padahal pihak IeSPA juga terbuka untuk HSID. Yang penting ada obrolan lah, jangan langsung posting bikin gaduh di sosial media, apalagi bilang suatu pembodohan," ujar Prana.
Sementara itu Ketua IeSPA Eddy Lim mengatakan jika IeSPA sudah bermitra dengan Blizzgamers sejak tahun 2016. Panitia pengurus event Hearthstone di Asian Games pun banyak juga yang member HSID.
"Sebenarnya secara komunitas tidak ada masalah sama sekali, karena komunitas itu tetap satu, walaupun follow beberapa grup Facebook. Hanya saja adminnya HSID yang lagi cari sensasi," terang Eddy.
Perlu diketahui, dalam menyeleksi semua pemain game Blizzard yang dipertandingkan, seperti Hearthstone dan StarCraft 2 wajib mengirimkan biodata dan riwayat rank ke Blizzgamers. Setelah itu, selanjutnya IeSPA akan kirim undangan ke para gamers itu untuk tahap qualifier. (mag/asj)