Dalam sebuah postingan di Facebook, akun bernama Farando Prakoso dari komunitas Hearstone Indonesia (HSID) menyesalkan sikap Indonesia eSports Association (IeSPA) yang dianggap tidak transparasi dalam proses seleksi atlit atau gamer Heartstone yang bertanding di Asian Games 2018.
"IeSPA tidak melaksanakan asas transparansi, yaitu memilih yang mereka sebut atlit tanpa melalui proses seleksi yang jelas. Dimana mereka menunjuk sebuah komunitas game, yaitu Blizzard Gamer indonesia yang tidak mempunyai prestasi dan anggota yang berkualifakasi menjadi wakil Indonesia," tulisnya seperti dikutip detikINET dari laman Facebook, Jumat (18/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Blizzard Gamer Indonesia yang juga merupakan komunitas Hearstone disebut menggelar kualifikasi hanya berdasarkan survei di Gmail. Dimana menurut Farando, gamer harus mengisi sesuatu yang tidak masuk akal seperti rank tertinggi, kapan terakhir bermain, siapa teman di friendlist game, dan kelengkapan kartu.
"Dan yang terparah mereka hanya membuka pendaftaran hanya selama dua hari, dengan slot hanya 16. Tanpa memberikan kesempatan kepada gamer daerah untuk diseleksi atau diberikan kesempatan. Bahkan peraturan, hadiah dan kejelasan tidak diberikan oleh IeSPA dan Blizzard Gamer Indonesia," lanjutnya.
![]() |
Tak lupa, Farando juga mengatakan bahwa tindakan ini dilihat sebagai praktek tidak terpuji yang menciderai prestasi komunitas game HSID dan menjadi komoditas politik bagi IeSPA dan Blizard Gamer Indonesia, Formi, serta Kemenpora.
Hingga berita ini diturunkan, detikINET tengah berusaha untuk meminta klarifikasi dari pihak IeSPA.