'Buka-bukaan di Bigo Live Bisa Bikin Ketagihan'
Hide Ads

'Buka-bukaan di Bigo Live Bisa Bikin Ketagihan'

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 14 Des 2016 16:32 WIB
Foto: GettyImages
Jakarta - Bigo Live memang aplikasi yang mengundang rasa penasaran. Di negara asalnya Singapura dan juga di negara lainnya, disinyalir banyak remaja yang kecanduan mengaksesnya atau yang parah, ketagihan untuk buka-bukaan.

Di Singapura, Bigo Live konsisten menempati daftar teratas aplikasi yang paling banyak didownload di smartphone. User yang rata-rata anak muda melakukan streaming di segala tempat termasuk tempat tidur, sesuai keinginan mereka.

Kemudian pengguna yang lain bisa melihat mereka dan berinteraksi. Misalnya berkomentar tentang apa yang mereka lakukan, meminta melakukan sesuatu atau bahkan menanyakan detail kontak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa user wanita mengaku mengalami pengalaman kurang mengenakkan ketika melakukan streaming di Bigo Live. Ada yang diminta lebih buka-bukaan, ada yang dihujani komentar menghina.

"Aku tidak membiarkan diriku terpengaruh dengan komentar semacam itu. Kurasa tidak seorangpun punya hak untuk menghakimi seseorang," kata Joana Chia, seorang user Bigo yang senang menyiarkan streaming kala dia menyanyi.

Masalahnya, yang menyanggupi untuk buka-bukaan pun tidak sedikit. Apalagi ada imbalannya. Ketika user melakukan streaming, mereka bisa mendapat reward dari user lain yang merasa puas dengan stiker item seperti bunga, mobil mewah atau cincin.

Stiker tersebut diperoleh dengan mata uang diamond yang bisa dibeli dengan uang sungguhan. Di sinilah Bigo meraup pendapatan. Sedangkan user yang diberi reward itu juga bisa menukarkannya dengan uang sungguhan. Jadi makin menarik pertunjukan, makin banyak potensi uang bisa didapatkan. Dr Lim Boon Leng, psikiater dari Gleneagles Hospital di Singapura menilai aplikasi ini bisa menjadi platform untuk pelecehan seksual anak muda. Apalagi mereka masih rentan sehingga malah berpotensi ketagihan untuk buka-bukaan.

"Ketika user meminta pelaku streaming untuk berpose dan memujinya, mungkin mereka akan menunjukkan lebih dan lebih lagi dan bisa menjadi berbahaya, terutama jika kemudian diminta bertemu di dunia nyata," papar dia.

"Remaja ada di tahap kehidupan di mana mereka tidak begitu menganggap konsekuensinya dan mereka pikir tidak butuh izin dari orang tuanya karena merasa bukan lagi anak-anak," tambah Dr Lim.

Dia juga menilai Bigo Live bisa memicu narsisme. Apalagi ada imbalannya. "Di aplikasi ini, Anda bisa mendapat keuntungan nyata. Mungkin jumlahnya kecil, tapi anak-anak bisa menganggapnya jumlah yang besar," ujarnya lagi.

Jawaban Bigo

Bigo sendiri bukannya tidak tanggap dengan kenyataan itu. Sehingga mereka memperingatkan user bahwa mereka akan diblokir jika terlalu buka-bukaan atau menampilkan konten ilegal.

Dikatakan pula kalau Bigo Live diawasi 24 jam sehari untuk mencegah konten yang tidak diinginkan. Namun demikian karena dianggap mengandung pornografi, Bigo Live telah diblokir di Indonesia oleh Kominfo.

Walau ada kemungkinan blokir itu dibuka lagi. Terkait pemblokiran itu, pendiri sekaligus CEO Bigo Live David Li mendatangi kantor Menteri Rudiantara untuk meminta pembukaan blokir terhadap layanannya.

Namun menteri tak begitu saja mau membuka blokiran. Ada sejumlah syarat yang disampaikan olehnya. Permintaan itu pun langsung disanggupi David Li yang ditemani oleh Steven Chang, Country Manager Bigo Indonesia. (fyk/yud)