Jakarta -
Harga minyak dunia memang sedang dilanda kenaikan yang tinggi, salah satunya karena perang Ukraina-Rusia. Ini tidak hanya dirasakan di Indonesia, tetapi juga di banyak negara.
Kejadian ini semakin besar membebani APBN negara, karena beberapa jenis bahan bakar, seperti premium, pertalite, solar, disubsidi oleh pemerintah agar tetap terjangkau oleh kebanyakan pengguna kendaraan.
Untuk itu diambil langkah oleh pemerintah untuk memberikan subsidi yang lebih tepat sasaran, dan ini dilakukan Pertamina dengan menggunakan aplikasi MyPertamina, yang kemudian membuat pro dan kontra.
Salah satu kontranya adalah, selama ini di setiap SPBU dipasangi tanda untuk tidak menggunakan ponsel di area SPBU, tetapi sekarang mengapa disuruh mengakses aplikasi MyPertamina, yang berarti harus menggunakan smartphone di area tersebut.
Ramai kemudian pemberitaan, apakah sebenarnya boleh mengakses smartphone di SPBU? Selama ini diketahui masyarakat penggunaan ponsel di SPBU dilarang karena sinyal ponsel dianggap bisa memicu kebakaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara dari pihak Pertamina sendiri tidak pernah ada penjelasan resmi secara eksplisit bahwa mengakses ponsel di SPBU akan menyebabkan kebakaran.
Pernyataan Pertamina sendiri di situs MyPertamina, tidak mengizinkan penggunaan ponsel kurang dari 1.5 meter dari dispenser, atau mesin penghitung takaran tempat mengeluarkan selang nozzle pengisi bahan bakar.
Warga menunjukan aplikasi MyPertamina saat mengisi bahan bakar pertalite di SPBU Pertamina Abdul Muis, Jakarta, Rabu (29/6/2022). Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA |
Sebelumnya Pertamina mencantumkan, alasannya karena sinyal ponsel jika terlalu dekat dengan dispenser, bisa mempengaruhi alat penghitung jumlah bahan bakar yang diisikan ke kendaraan. Alasan ini juga didukung oleh LIPI, tapi ini tidak umum dibahas di SPBU luar negeri.
Tapi sekarang dibagian FAQ ditulis bahwa cara ini demi HSSE yang diterapkan di Pertamina, Health Safety Security and Environment.
Ribut di offline yang menganggap cara ini menyusahkan, juga ramai di online, bahkan ada yang menuduh Pemerintah bisa melanggar ketentuan yang sudah dibuat, demi penggunaan aplikasi.
Saat ini respon dari Pertamina juga baik, memudahkan filter siapa yang berhak menggunakan bahan bakar subsidi hanya dengan QRcode, dimana aplikasi MyPertamina hanya menjadi salah satu cara untuk mendaftar.
Selanjutnya Tidak Ada Bukti Empiris
Tidak Ada Bukti Empiris
Perkiraan bahwa penggunaan ponsel di SPBU bisa memicu kebakaran karena sinyalnya, tidak ada bukti. Banyak riset telah dilakukan mengenai ketakutan ini, misalnya:
Dr Adam Burgess dari Universitas Kent, meneliti 243 kebakaran di SPBU yang terjadi dari tahun 1993 hingga 2004 di keseluruhan belahan dunia, yang katanya disebabkan ponsel, ternyata setelah diselidiki, tidak ada satupun yang disebabkan oleh ponsel
Tahun 1999, Universitas Oklahoma juga melaporkan tidak ada hubungannya kebakaran yang terjadi di SPBU dengan penggunaan ponsel.
Perusahaan minyak Shell Inggris juga membuat pernyataan bahwa penggunaan ponsel yang proper tidak akan mengakibatkan bahaya pada SPBU
Percobaan langsung dari team Mythbusters, melakukan koneksi telepon di dalam kotak fiber yang penuh gas uap bensin, ternyata sama sekali tidak memicu api atau kebakaran.
Dan masih banyak riset lain yang dilakukan, semuanya tidak menunjukkan ada bukti empiris sinyal telepon bisa memicu kebakaran.
Jadi pertanyaan besarnya yang membuat kita ragu, kalau tidak ada bukti tersebut, mengapa di SPBU, tidak hanya di Indonesia saja, ada tanda dilarang menggunakan ponsel?
Anjungan Piper Alpha meledak dan terbakar hebat. Foto: Oilandgasiq |
Asal Mula Larangan
190 KM dari kota Aberdeen Skotlandia, terdapat anjungan pengeboran minyak lepas pantai bernama Piper Alpha, miliki Occidental Petroleum yang sudah beroperasi sejak 1976. Di Tahun 1988 Anjungan Piper Alpha meledak dan terbakar hebat hingga tenggelam. 167 orang kehilangan nyawanya.
Peristiwa ini membuat perusahaan minyak Inggris membuat semacam regulasi untuk meningkatkan keamanan, untuk mencegah hal yang sama terulang. Regulasi ini merembet dengan cepat juga sampai ke SPBU, dan walaupun belum mempunyai dasar mengenai apakah benar penggunaan ponsel di SPBU benar-benar berbahaya, tetap dibuat lambang larangan untuk menggunakannya di area SPBU.
Selanjutnya Hoax di internet
Hoax di Internet
Awal mula anggapan orang bahwa penggunaan ponsel di SPBU bisa menyebabkan kebakaran dimulai di tahun 1990. Pegawai industri minyak Shell yang berbasis di Jamaika, menerima email dengan attachment laporan-laporan kebakaran yang terjadi di SPBU karena dering sinyal ponsel.
Tanpa memeriksa lagi kebenarannya dan mengira itu email resmi dari perusahaan, pegawai ini menyebarkan email ke banyak rekannya, bahkan ke agensi. Maka dimulailah surat berantai yang membuat orang-orang percaya bahwa penggunaan ponsel di SPBU tidak aman dan bisa menyebabkan kebakaran.
Sementara itu perusahaan Shell Inggris berkomentar tentang kejadian ini, menerangkan bahwa email tersebut bukan resmi dari Shell, dan attachment berisi berita kebakaran SPBU akibat ponsel adalah hoax di internet. Shell kemudian menyatakan bahwa mereka sendiri tidak memiliki pengalaman sinyal ponsel bisa menyebabkan kebakaran di SPBU.
Tapi apa yang sudah beredar di internet sudah tidak mungkin ditarik kembali, dan sekarang kita menikmati hasilnya, ada lambang ponsel coret di SPBU, dan kebingungan, percaya atau tidak bahwa sinyal ponsel bisa menyebabkan kebakaran.
Tapi sekarang setidaknya kita tahu asal mula bisa ada lambang ponsel coret di SPBU. Peace!
*) Lucky Sebastian merupakan pendiri komunitas teknologi Gadtorade. Pria yang tinggal di Bandung ini sejatinya adalah seorang arsitek. Namun antusiasme yang tinggi akan gadget membawanya menjadi pengamat dan gadget enthusiast.
Simak Video "Melihat Fasilitas Posko Mudik Pertamina di Bandara Juanda"
[Gambas:Video 20detik]