Larangan media sosial untuk anak dan remaja di bawah usia 16 tahun resmi diberlakukan di Australia mulai 10 Desember. Akan tetapi, sejumlah anak di Australia sudah berhasil mengakali pemerintah dan perusahaan teknologi.
Di sebuah taman di tepi pelabuhan Sydney, para remaja memberi tahu Sky News bahwa mereka menemukan celah untuk menyiasati larangan tersebut dengan menggunakan VPN atau memakai akun media sosial orang tua.
Belasan remaja yang ditemui hampir semuanya masih akses medsos. Felix Webster (14) masih menggunakan media sosialnya. "Menurut saya ini karena sistemnya lambat dan akan memblokir semua orang minggu depan," ujarnya. Namun menurut Felix, semua orang akan menemukan cara mengakalinya dengan mudah."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
UU Australia yang membatasi 10 aplikasi medsos sejauh ini bagi anak di bawah 16 tahun merupakan langkah luar biasa dari pemerintah yang bertekad memberantas perundungan siber dan kecanduan online.
Remaja bernama Raphael Williams Veazey berpendapat anak-anak masih bisa dirundung di kehidupan nyata. "Menurut saya ini agak bodoh. Mereka seharusnya bisa menggunakan langkah lain, bukan larangan total untuk semua orang," cetusnya. Ia mengaku bisa mengelabui medsos agar mengira dirinya lebih tua.
Pembatasan di Australia masih mengizinkan anak memakai layanan pesan seperti WhatsApp, namun TikTok, Instagram, dan Snapchat semua dilarang. Dengan liburan sekolah musim panas tinggal seminggu lagi, Kobe Staunton (14) memperkirakan akan terasa sepi. "Bakal terasa cukup kesepian dan membosankan, karena saya tak bisa ngobrol dengan teman di sebagian besar aplikasi itu," tuturnya.
Beberapa orang tua khawatir apakah larangan ini benar-benar akan berhasil. "Ada banyak hal baik dalam undang-undang ini tapi tidak serta-merta langsung menyelamatkan semua anak dari bahaya," kata seorang orang tua.
Pemerintah mengakui larangan ini tidak akan sempurna atau instan, namun menegaskan bahwa celah yang memungkinkan remaja mengakali larangan tidak akan terbuka selamanya.
Cassandra, seorang ibu, mengatakan putranya yang berusia 14 tahun masih punya akses ke Snapchat setelah lolos konfirmasi usia dengan selfie. "Bagaimana ini bisa dibiarkan? Bagaimana usianya bisa terkonfirmasi 23 tahun padahal dia baru 14 tahun?" tanyanya.
Lisa Given, profesor ilmu informasi di Universitas RMIT, mengatakan teknologi pemindaian wajah memiliki margin kesalahan satu hingga tiga tahun. "Artinya, sistem bisa saja menebak anak usia 14 tahun sebagai 17 tahun dan meyakini mereka sudah cukup umur untuk memiliki akun," ujarnya dikutip detikINET dari ABC, Kamis (11/12/2025).
Given menyebut anak di bawah 16 tahun bisa menggunakan VPN dan identitas palsu untuk mengakali larangan. "Mereka mungkin coba mengubah penampilan untuk mengelabui estimasi usia pemindaian wajah. Atau mereka mungkin minta saudara, orang tua, atau orang lain di atas 16 tahun melakukan pemindaian wajah bagi mereka," sebutnya.
Komisaris eSafety Australia, Julie Inman Grant, mengakui akun anak takkan hilang secara ajaib akibat pemberlakuan larangan. "Akan ada masalah teknis di tahap awal, dan butuh waktu mereplikasi aturan ini ke seluruh sistem besar tersebut," kata Inman.
(fyk/fay)